Jakarta (ANTARA News) - Ketua Yayasan Keluarga Hashim Djojohadikusumo (YKHD), Hashim Djojohadikusumo, menyatakan tersinggung pihaknya disebut-sebut terkait dengan kasus pemalsuan dan pencurian lima arca antik dari koleksi Museum Radya Pustaka Solo. "Benda-benda ini saya temukan di luar negeri, kami kaget. Lalu saya membeli, daripada keduluan dibeli oleh orang asing. Terus terang saya merasa tersinggung dan terhina akibat perlakuan itu. Saya pengusaha nasional. Masak dituduh sebagai penadah," kata Hashim di Jakarta, Kamis. Kalau di luar negeri, ujarnya, penyelamat benda-benda purbakala seperti pihaknya seharusnya justru mendapat penghargaan. Pihaknya membeli arca-arca itu dari seseorang asal Belanda. Ia juga menjelaskan, meskipun kelima arca tersebut ditemukan di rumahnya di Kemang, arca-arca itu nantinya akan ditempatkan di museum yang sedang dibangun di Universitas Indonesia sebagai bagian dari Perpustakaan Soemitro Djojohadikusumo. Kasus ini mencuat setelah ada laporan bahwa lima arca di Museum Radya Pustaka Surakarta yang asli yakni Agastya, Siwa Mahadewa, Mahakala dan dua arca Durga Mahesa Sura Madini hilang. Per buahnya diperkirakan memiliki harga jual antara Rp80 juta hingga Rp200 juta. Diakuinya pihaknya memang telah dipanggil dan telah memenuhi panggilan kepolisian, namun hanya sebagai saksi. Polisi telah menetapkan Kepala Museum dan beberapa karyawan museum dan seorang pedagang barang antik sebagai tersangka kasus pemalsuan dan penjualan arca tersebut. Menurut dia, Yayasan Keluarga Hashim Djojohadikusumo (YKHD) justru sangat peduli pada benda-benda purbakala ibu pertiwi dan ikut memugar Makam Raja-raja Imogiri yang rusak parah akibat gempa Yogya pada pertengahan 2006 dan bembantu pemerintah memfasilitasi pengembalian Prasasti Sangguran (Minto) dari Skotlandia.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008