Yogyakarta (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan diperlukan upaya membangun islah bagi kedua pihak yang berkontestasi untuk mendinginkan tensi politik usai pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden 2019.

Sultan di Kabupaten Bantul, Kamis, mengatakan, jika diresapi dalam sebuah kesadaran sejarah, saat ini mirip dengan situasi pada tahun 1948, ketika Bangsa Indonesia menghadapi ujian yang diwarnai perpecahan kalangan elitenya karena gesekan politik yang mengancam desintegrasi bangsa.

"Bukankah situasi tahun 1948 itu mirip dengan peristiwa di tahun 2019 ketika kita seakan terbelah menjadi dua golongan bangsa, konsekuensinya diperlukan upaya membangun islah," kata Sultan dalam sambutan pengarahan acara Syawalan Gubernur DIY bersama jajaran Pemkab Bantul.

Menurut Sultan, dalam kajian hukum Islam, islah adalah memperbaiki, mendamaikan dan mengembalikan harmoni kehidupan serta menghilangkan sengketa atau kerusakan, sehingga kalau dalam satu golongan terjadi perbedaan perlu ada pihak ketiga yang menengahi dan mengislahkannya.

"Dalam kaitan ini pada surat Al-Hujarat ayat 10 mengisyaratkan orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah, perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu, dan bertakwalah kepada Allah SWT supaya kamu mendapat rahmat," katanya.

Oleh karena itu, Sultan mengatakan, pada Idul Fitri 1440 Hijriah yang diikuti dengan kegiatan halalbihalal ini bisa dijadikan momen bagi semua pihak untuk mempererat kembali tali saturahim antar umat bangsa, yang tidak hanya sebatas berjabat tangan dan saling memaafkan.

"Melainkan dikembangkan menjadi kebersamaan, kerja sama saling berbagi dan bersinergi dalam membangun peradaban yang bermartabat untuk mengejar kemajuan bangsa-bangsa lain di dunia," katanya.

Sultan mengatakan, dalam menghadapi hangatnya iklim berpolitikan saat ini, kalangan masyarakat berada di daerah ini harus bersikap dan bertindak sesuai dengan pepatah jawa yaitu "Ngeli Tanpo Keli" atau menghanyut tapi tidak ikut terhanyut.

"Artinya kita yang berada di daerah baik bagi yang bersimpati kepada 01 maupun 02 keduanya amat terbuka untuk bersama-sama memasuki gerbang islah kultural," katanya.

"Dalam hal ini siapapun termasuk forkominda dapat berinisiatif dan berperan sebagai jembatan islah kebangsaan. Dan islah perlunya prasarat legowo, tanpa legowo dan kesediaan berpasrah diri, rekonsiliasi atau islah politik akan selalu menjadi beban politik nasional," katanya.

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019