Majelis Pengukuhan Profesor Riset mengukuhkan Dr dr Laurentia Konadi Mihardja, MS., Sp. GK. (Kepakaran Bidang Epidemiologi dan Biostatistik); Dr dr Julianty Pradono, MS (Kepakaran Bidang Epidemiologi dan Biostatistik); Dr Astuti Lamid, MCN. (Kepakara
Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan mengukuhkan empat profesor riset dari berbagai bidang kepakaran di dunia kesehatan.

  Berdasarkan siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (13/6), Majelis Pengukuhan Profesor Riset mengukuhkan Dr dr Laurentia Konadi Mihardja, MS., Sp. GK. (Kepakaran Bidang Epidemiologi dan Biostatistik); Dr dr Julianty Pradono, MS (Kepakaran Bidang Epidemiologi dan Biostatistik); Dr Astuti Lamid, MCN. (Kepakaran Bidang Makanan dan Gizi); dan Dr Dede Anwar Musadad, SKM., M.Kes. (Kepakaran Bidang Kesehatan Lingkungan).

  Orasi ilmiah Laurentia Konadi adalah Pencegahan Diabetes Melitus melalui Pengendalian Faktor Risiko Sejak Dini. Penelitian yang dilakukan Laurentia mengungkap diabetes melitus (DM) tipe dua yang biasanya terjadi pada orang dewasa sekarang sudah terjadi pada anak.

  DM dengan komplikasi meningkatkan kesakitan dan kematian, dan juga biaya pengobatan tinggi yang memberatkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

  Prevalensi faktor risiko DM seperti stunting, kegemukan, prediabetes dan gaya hidup tidak sehat cukup tinggi pada anak dan remaja.

  Perlu usaha meningkatkan kegiatan program yang sudah ada terutama dalam bidang promotif dan preventif untuk mengendalikan DM sejak dini. Upaya yang dilakukan adalah dengan pembentukan karakter individu yang berperilaku hidup sehat mulai dari dalam keluarga, di sekolah dan di masyarakat.

  Dengan bidang kepakaran yang sama dengan Laurentia, Julianty Pradono menyampaikan orasi tentang Pengendalian Hipertensi Melalui Pencegahan Kegemukan.

  Julianty mengungkapkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko Penyakit Tidak Menular yang membutuhkan biaya pengobatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan saat ini. Pencegahan kegemukan perlu dimulai sejak masa anak-anak dengan memperbaiki perilaku tidak sehat dan pendekatan budaya.

  Selanjutnya, di bidang kepakaran makanan dan gizi, Astuti Lamid menyampaikan temuannya tentang Pengembangan Formula Ready To Use Theurapetic Food (RUTF) untuk Penanganan Balita Wasting di Puskesmas dengan pemanfaatan bahan lokal seperti kacang hijau, kacang tanah dan tempe.

  Kandungan gizi RUTF lokal sesuai dengan anjuran Unicef dan terbukti efektif meningkatkan status gizi balita sangat kurus. Temuan Astuti diharapkan dapat dikembangkan dan diadopsi dalam program intervensi gizi balita wasting yang terintegrasi dengan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

  Dede Anwar Musadad di kepakaran kesehatan lingkungan menyampaikan orasi dengan topik Rekayasa Sosial dan Teknologi Tepat Guna Untuk Penyelesaian Masalah Sanitasi.

  Penelitian Anwar mengungkapkan peningkatan kesadaran dan perilaku masyarakat menjadi kunci keberhasilan program kesehatan lingkungan. Untuk mewujudkannya perlu dikenalkan dan diterapkan alternatif teknologi tepat guna seperti penjernihan air sederhana, pembuatan ventilasi, jamban pasang surut, dan lain-lain.

  Menurut Anwar, di samping kebutuhan sanitasi dasar yang belum terpenuhi, kita dihadapkan pada masalah pemanasan global, masalah sampah plastik dan styrofoam, serta penggunaan bahan kimia yang tidak terkendali.

  Transformasi program kesehatan lingkungan membutuhkan upaya akselerasi agar dapat mengejar kecepatan perkembangan masalah baru yang timbul.

  Gelar Profesor Riset dikukuhkan bagi para peneliti yang telah mencapai jenjang tertinggi sebagai peneliti utama. Bertambahnya jumlah profesor riset bidang kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kontribusi Badan Litbangkes dalam memecahkan berbagai tantangan dan masalah kesehatan seperti upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, penurunan prevalensi kekurangan gizi pada anak balita, pengendalian angka kesakitan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular, serta pencapaian imunisasi dasar lengkap.

  Tantangan lainnya adalah disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah, antar tingkat sosial ekonomi dan gender, penyediaan anggaran publik untuk kesehatan serta peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah tangga.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019