Dhaka (ANTARA) - Lebih dari 100 warga Bangladesh yang diperdagangkan ke pulau terpencil Vanuatu dengan janji untuk bekerja tetapi tidak pernah terwujud, akan mulai dipulangkan ke rumah mereka pada bulan ini, kata seorang pejabat pada Senin.

Seratus satu migran, dua di antaranya berumur di bawah 18 tahun, sudah berada di Vanuatu sejak November dan hidup atas dasar belas kasihan, tetapi enggan pergi karena mereka sudah berhutang ribuan dolar untuk membayar para penyelundup, kata pejabat tersebut.

"Banyak yang sekarang mau pulang secara suka rela," kata Mohammad Sufiur Rahman, Komisaris Tinggi Bangladesh untuk Australia, Selandia Baru dan Fiji kepada Thomson Reuters Foundation.

"Kami akan memulangkan sekitar 70 orang dalam tahap-tahap berbeda. Mereka akan mulai pulang dalam satu-dua minggu. Sekitar 30 migran, termasuk saksi mata dan penjahat yang membantu pedagang manusia, tidak termasuk dalam pemulangan," dia menambahkan.

Empat orang telah ditangkap dengan tuduhan perdagangan manusia dalam kaitan kasus ini dan menghadapi sidang pengadilan di Vanuatu.

Bangladesh adalah pengirim terbesar tenaga kerja di dunia dan sangat bergantung pada pengiriman uang dari luar negeri.

Menurut data, sedikitnya sejuta warga Bangladesh mendapat pekerjaan di luar negeri pada 2017, jumlah tertinggi yang pernah tercatat.

Namun ketergantungan yang besar terhadap makelar gelap yang bekerja di kampung-kampung membuka peluang terjadi perdagangan manusia.

"Pemulangan akan terjadi selama beberapa minggu tergantung pada ketersediaan kursi," kata J. Christopher Lowenstein-Lom, juru bicara untuk Badan Migrasi PBB yang mendanai pemulangan tersebut.

"Mereka yang dipulangkan pertama tidak akan dilibatkan dalam proses hukum."

Namun seorang migran, Shahin Khan Mustafa mengatakan dia masih belum ingin kembali ke Bangladesh.

"Saya punya pabrik di Bangladesh yang tutup karena saya datang ke sini. Saya tidak mampu membayar angsuran bank setiap bulan. Saya sangat tertekan," katanya melalui telepon dari Vanuatu.

Mustafa mengatakan bahwa semua orang Bangladesh itu cemas akan masa depan mereka.

"Mereka semua tegang" ujarnya.

"Mereka tidak tahu bagaimana harus membayar utang yang mereka lakukan sebelum kemari."

Sumber: Thomson Reuters Foundation

Baca juga: Bangladesh tangkap tiga tersangka pedagang manusia

Baca juga: Kebakaran gedung tinggi di Bangladesh tewaskan sedikitnya lima orang

Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019