Sukabumi (ANTARA News) - Sejak Presiden Kedua RI, HM Soeharto (Pak Harto), sakit hingga menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (27/1), jumlah pendapatan para pemilik perkebunan bunga di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), meningkat hingga 100 persen. "Biasanya omset penjualan bunga, khususnya bunga Krisan yang biasa digunakan untuk karangan bunga sekitar 150 ribu tangkai/bulan, kini mencapai 300 ribu tangkai bunga/bulan," kata salah seorang pemilik perkebunan bunga di Kampung Pasir Halang, Desa Langen Sari, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Indri (35), Senin sore. Ia mengaku, bersyukur hasil perkebunannya, khusus bunga berjenis Krisan yang biasa digunakan untuk membuat karangan bunga dan rangkaian bunga meningkat, pasalnya bila memasuki bulan syura jumlah pembeli bunga dari toko penjual bunga sangat sepi. "Wafatnya Soeharto berdampak terhadap meningkatnya pesanan bunga," kata pemilik perkebunan bunga seluas lima hektare (ha) itu. Menurut dia, hasil perkebunan bunganya biasanya dijual di beberapa daerah, seperti Jakarta, Yogyakarta, Bali dan Semarang. "Sebanyak 25 pelanggan tersebar dibeberapa daerah, terutama di Jakarta. Namun, setelah pasar Barito ditutup hasil pendapatannya menurun drastis," ujarnya. Indri mengaku dirinya menjual hasil perkebunan bunganya cukup murah, yakni sebesar Rp10.000 per ikat yang terdiri atas 10 tangkai. Di wilayah yang sama, Ubay Muchtar (48), mengatakan bahwa meninggalnya Pak Harto pada Minggu (27/1) membuat pesanan bunga berjenis Krisan meningkat hingga 30 persen, pasalnya banyak rekanan almarhum yang memesan karangan bunga duka cita. "Saya mengirim pesanan bunga ke Jakarta hingga 10.000 tangkai bunga, karena banyaknya pesanan dari para perangkai bunga," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008