Jakarta (ANTARA News) - Lembaga pemeringkat efek dari Singapura, Fitch Ratings, Rabu, memberikan peringkat nasional jangka panjang "AA-(idn)" kepada PT Bank Tabungan Negara (BTN). Dalam siaran persnya, selain peringkat jangka panjang, Fitch juga memberikan peringkat individual `D`, peringkat dukungan `4` dan semua peringkat tersebut mendapat prospek stabil. Peringkat BTN itu mencerminkan posisinya yang dominan di bidang pembiayaan KPR (kredit Pemilikan Rumah) bersubsidi di Indonesia dengan kondisi neraca perusahaan yang baik dan stabil. Namun, Fitch juga memperhitungkan ukuran BTN yang relatif kecil dengan kemampuan menarik dana pihak ketiga yang agak terbatas dan rasio profitabilitas yang dibawah rata-rata bank sekelas. Per akhir September 2007, BTN adalah bank pemberi pinjaman KPR yang terbesar dengan pangsa pasar sekitar 19 persen dari total pembiayaan KPR dengan sebagian besar portofolionya merupakan KPR bersubsidi. Pangsa pasar BTN telah menurun dari sebelumnya sebesar 30 persen di akhir 2003, karena kompetisi yang semakin ketat dan pertumbuhan KPR non-subsidi yang lebih tinggi. Antara 2003 hingga 2006, KPR bersubsidi BTN tumbuh sebesar 15 persen tiap tahun (CAGR) dan mencapai Rp9,9 triliun per akhir September 2007 atau sekitar 47 persen dari total pinjaman. Sedangkan sisanya KPR non-subsidi (33 persen), kredit dengan jaminan rumah (9 persen), pinjaman komersial (8 persen, umumnya berhubungan dengan sektor konstruksi perumahan), dan pembiayaan syariah sekitar 2 persen. Kualitas pinjaman cukup stabil di sekitar 4 persen dari total pinjaman per akhir 2005 dan 2006, walaupun memburuknya kondisi perekonomian secara makro di semester kedua 2005 sampai dengan semester pertama 2006 yang menyebabkan rasio kredit bermasalah (NPL) meningkat sedikit ke 4,7 persen per akhir September 2007. BTN mengharapkan rasio NPL akan tetap stabil di 2008 jika kondisi makro ekonomi tetap mendukung. Untuk rasio kredit dalam perhatian khusus sebesar 18 persen per akhir September 2007 cukup tinggi akan tetapi sebagian besar merupakan nasabah dari sektor ekonomi yang lebih rendah yang umumnya baru membayar setelah mendapat surat pemberitahuan dari BTN. Rasio pencadangan terhadap NPL cukup rendah, yaitu sekitar 52,7 persen, meskipun ini dimitigasi oleh fakta bahwa hampir semua pinjaman yang diberikan oleh BTN dijamin oleh tanah dan bangunan mengingat status BTN sebagai bank pemberi pinjaman KPR. Margin bunga bersih (NIM) BTN cukup stabil di sekitar 5,0 persen antara 2004 sampai September 2007 meskipun masih dibawah rata-rata bank sekelas yaitu 6,0 persen (2006). Hal ini disebabkan oleh biaya pendanaan BTN yang relatif lebih tinggi dengan deposito berjangka menyumbang sekitar 61 persen dari total dana pihak ketiga per akhir September 2007. BTN sejauh ini telah berusaha memperbaiki komposisi dana pihak ketiga dengan cara bekerja sama dengan PT Pos Indonesia mendirikan unit pelayanan di kantor pos yang berfungsi untuk menarik dana tabungan. Namun, kompetisi yang ketat dari sisi pemberian pinjaman KPR, terutama di segmen non-subsidi mungkin akan terus membatasi usaha BTN untuk mencapai NIM yang lebih baik. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008