...pasar ragu untuk mendorong jauh lebih tinggi
New York (ANTARA) - Harga minyak dunia sedikit lebih rendah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), meskipun data menunjukkan terjadi penurunan yang lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS), karena dukungan dari kejatuhan stok AS diimbangi oleh kenaikan di pasar ekuitas.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Juli turun 14 sen atau 0,26 persen menjadi menetap pada 53,76 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Pada perdagangan Selasa (18/6), WTI telah mencatat kenaikan harian terbesar sejak awal Januari.

Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus turun 32 sen atau 0,50 persen menjadi ditutup pada 61,82 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Setelah membengkak mendekati level tertinggi dua tahun, stok minyak mentah AS jatuh 3,1 juta barel pekan lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 1,1 juta barel, kata Badan Informasi Energi AS (EIA). Produk olahan juga mencatat penurunan mengejutkan karena kenaikan penyulingan dan ekspor minyak mentah, serta penurunan produksi minyak mentah.

Harga minyak sempat berubah positif setelah laporan EIA.

"Saya pikir, secara keseluruhan, itu adalah laporan positif," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago. "Bahkan dengan laporan bullish, setelah kenaikan besar kemarin, pasar ragu untuk mendorong jauh lebih tinggi."

Hari yang hampir datar di Wall Street juga membatasi harga minyak, yang sering mengikuti ekuitas.

Ekuitas tetap stabil setelah keputusan Federal Reserve AS (Fed) untuk mempertahankan suku bunga tak berubah, seperti yang diperkirakan, setelah mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu (19/6/2019).

Baca juga: The Fed putuskan tahan suku bunga di tengah sinyal ekonomi beragam

"Pasar minyak mentah berkorelasi dengan itu," kata Direktur Berjangka Energi Mizuho, Bob Yawger di New York. "Saya tidak berpikir itu lebih dari sekadar sentimen di sepanjang garis itu."

Ketegangan tetap tinggi di Timur Tengah setelah serangan tanker pekan lalu, yang mendorong harga minyak. Kekhawatiran konfrontasi antara Iran dan Amerika Serikat juga meningkat, dengan Washington menyalahkan Teheran, yang telah membantah peran apa pun.

Trump mengatakan dia siap mengambil tindakan militer untuk menghentikan Iran yang memiliki bom nuklir tetapi dibiarkan terbuka apakah dia akan menyetujui penggunaan kekuatan untuk melindungi pasokan minyak Teluk.

Pasar minyak, bagaimanapun, sebagian besar mengabaikan serangan roket di sebuah situs di Irak selatan yang digunakan oleh perusahaan minyak asing, termasuk raksasa energi AS ExxonMobil.

Tiga orang terluka dalam serangan itu, yang mengancam akan semakin meningkatkan ketegangan AS-Iran di wilayah tersebut.

Anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sepakat untuk bertemu pada 1 Juli, diikuti oleh pertemuan dengan sekutu non-OPEC pada 2 Juli, setelah berminggu-minggu bertengkar tentang tanggal.

OPEC dan sekutunya akan membahas apakah akan memperpanjang kesepakatan pemotongan produksi 1,2 juta barel per hari yang habis bulan ini. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Dolar melemah di tengah keputusan suku bunga Bank Sentral AS

Baca juga: Harga emas berjangka jatuh dipicu aksi pedagang ambil untung

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019