BOJ tidak akan melonggar hanya karena Fed melonggarkan kebijakannya
Tokyo (ANTARA) - Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), secara luas diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar tidak berubah pada Kamis, tetapi mengisyaratkan kesiapannya untuk meningkatkan stimulus jika risiko global mengancam ekspansi ekonomi negara itu, akibat semakin meluasnya perang dagang Amerika Serikat-China.

BOJ berada di bawah tekanan untuk menanggapi meningkatnya risiko pemulihan Jepang, karena prospek ekonomi global yang semakin suram mendorong Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa (ECB) untuk menghentikan petunjuk pelonggaran moneter lebih lanjut.

The Fed mempertahankan suku bunga tak berubah pada Rabu (19/6/2019), tetapi mengatakan pihaknya siap untuk memerangi risiko-risiko dengan memangkas suku bunga mulai bulan depan, memperkuat harapan bahwa bank-bank sentral utama sekarang telah bergeser ke arah topping up - bukan whittling down - mode kebijakan krisis mereka .

Namun demikian, banyak pembuat kebijakan Jepang hati-hati akan perluasan stimulus dalam waktu dekat, karena percetakan uang bertahun-tahun telah membuat mereka kekurangan amunisi.

Memotong suku bunga lebih dalam ke wilayah negatif atau menurunkan target imbal hasil jangka panjangnya dapat menjadi bumerang dengan menempatkan tekanan lebih lanjut pada keuntungan lembaga keuangan, kata para analis.

Pada tinjauan suku bunga dua hari yang berakhir pada Kamis, BOJ dengan demikian secara luas diharapkan untuk mempertahankan target suku bunga jangka pendek di -0,1 persen dan janji untuk memandu imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun sekitar nol persen.

Hal ini juga terlihat menjaga janji longgar untuk membeli obligasi pemerintah sehingga saldo kepemilikannya meningkat sekitar 80 triliun yen (738 miliar dolar AS) per tahun.

"BOJ tidak akan melonggar hanya karena Fed melonggarkan kebijakannya," kata seorang pejabat dengan pengetahuan tentang pemikiran BOJ.

"Pemicu untuk bertindak adalah ketika ekonomi kehilangan momentum untuk mencapai inflasi dua persen," kata pejabat itu, sebuah pandangan yang digaungkan oleh tiga sumber lainnya.

Ekonomi Jepang tumbuh sebesar 2,1 persen secara tahunan pada Januari-Maret, tetapi banyak analis memperkirakan pertumbuhan akan melambat di kuartal mendatang karena pertikaian perdagangan AS dan China merusak perdagangan global. Kenaikan pajak penjualan yang dijadwalkan pada Oktober juga dapat membatasi konsumsi.

Inflasi konsumen inti tahunan mencapai 0,9 persen pada April, tetap jauh dari target BOJ dua persen, meskipun bertahun-tahun menggelontorkan stimulus besar dan radikal.

Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan kepada parlemen bahwa sembilan anggota dewan bank sentral akan "pasti" memperdebatkan meningkatkan risiko global pada tinjauan suku bunga minggu ini.

Pada konferensi pers setelah pertemuan, Kuroda kemungkinan akan memperkuat pandangannya bahwa bank sentral siap untuk menggunakan stimulus tambahan jika risiko-risiko mengancam akan menggagalkan jalan ekonomi menuju pencapaian target inflasi.

Banyak di BOJ yang memilih untuk menunggu lebih banyak data, seperti survei sentimen bisnis triwulanan "tankan" bank sentral yang akan dirilis 1 Juli, untuk melihat seberapa dalam ketegangan perdagangan dapat mengganggu permintaan domestik, kata sumber tersebut.

Sebuah jajak pendapat Reuters yang dirilis minggu ini menunjukkan harapan terhadap langkah BOJ berikutnya telah bergeser di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang prospek ekonomi.

Selama lebih dari dua tahun, mayoritas ekonom yang disurvei mengatakan perubahan kebijakan selanjutnya adalah mengencangkan uang dengan memperhatikan pengaturan "normalisasi" yang telah lama berada di level krisis.

Tetapi sekarang, setengah dari analis yang disurvei pada 5-17 Juni mengatakan langkah selanjutnya BOJ adalah untuk melonggarkan lebih jauh. Demikian laporan yang dikutip daei Reuters.

Baca juga: The Fed putuskan tahan suku bunga di tengah sinyal ekonomi beragam

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019