Gunung Kidul (ANTARA) - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta kesulitan mengatasi masalah kekurangan air bersih yang melanda masyarakat di Kabupaten Gunung Kidul setiap tahunnya.

"Kita tidak mudah mengalirkan air bersih. Kami hanya bisa membantu pembuatan PAM desa (Pamdes) bagi desa-desa yang memiliki sumber mata air untuk pembangunan jaringan sendiri," kata Gubernur DIY Sri Sultan HB X usai Syawalan di Kabupaten Gunung Kidul, Kamis.

Ia mengatakan biaya mengalirkan dan mengangkat sumber mata air bawah tanah di Gunung Kidul cukup mahal. Hal ini masih perlu banyak mata air yang ditemukan untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat Gunung Kidul. "Hal ini membutuhkan waktu," katanya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Gunung Kidul Edi Basuki mengatakan sebanyak 10 kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul mulai dilanda kekeringan cukup parah, sehingga berpotensi kesulitan air bersih pada musim kemarau ini.

Ia mengatakan berdasarkan rapat koordinasi antara pemangku kepentingan dan pemerintah kecamatan, ada 10 kecamatan mulai terdampak kekeringan yaitu Kecamatan Girisubo, Rongkop, Purwosari, Tepus, Ngawen, Ponjong, Semin, Patuk, Semanu, dan Paliyan.

"Dari 10 kecamatan terdampak kekeringan, kondisi paling parah terjadi di Kecamatan Paliyan, Girisubo, dan Rongkop. Kami sudah mendistribusikan air bersih ke tiga kecamatan tersebut sejak 1 Juni lalu," kata Edi.

Ia mengatakan BPBD Gunung Kidul sudah menyiapkan seluruh armada dan pendukungnya dalam menghadapi ancaman kekeringan dan kekurangan air bersih di wilayah ini. BPBD juga telah mensosialisasikan mekanisme pengajuan permohonan bantuan air bersih ke pemerintah kecamatan hingga desa.

Selain itu, BPBD telah meminta pemerintah kecamatan hingga desa melakukan pemetaan wilayah masing-masing yang membutuhkan bantuan air bersih, dan segera diajukan permohonan distribusi air bersih.

"Bantuan air bersih akan distribusikan apabila ada proposal permohonan yang masuk. Sehingga kalau tidak ada proposal, kami tidak melayani distribusi kepada masyarakat," katanya.

Edi menjelaskan, hingga saat ini, jumlah wilayah yang mengajukan bantuan masih belum banyak. Meski demikian, sambung dia, seperti pengalaman di tahun-tahun sebelumnya, pada saat mendekati puncak musim kemarau jumlah permintaan akan terus bertambah.

"Kami memiliki banyak kecamatan-kecamatan yang menjadi langganan krisis air. Selain Girisubo, ada juga Tepus, Rongkop, Panggang, Purwosari, Patuk hingga wilayah Semin,” ungkapnya.

 

Pewarta: Sutarmi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019