Jombang (ANTARA News) - Sejumlah ulama yang mengklaim dirinya sebagai ulama salaf mengeluarkan Deklarasi Tebuireng, Sabtu, namun deklarasi itu bukan dimaksudkan untuk menandingi tabligh akbar dalam puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-82 di Jakarta. "Justru kami sangat mendukung perjuangan para ulama NU selama ini," kata Deklarator Tebuireng, KH Sholahuddin Wahid, di Ponpes Tebuireng, Cukir, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu. Namun demikian, dalam deklarasi yang dibacakan setelah "taushiyah" (sambutan wasiat) oleh ulama asal Hadramaut, Yaman, Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz itu, Gus Sholah mengingatkan agar para ulama NU tidak terkotak-kotak dalam beberapa kepentingan kelompok politik. "Mudah-mudahan para ulama menyadari peran dan fungsinya masing-masing sehingga tidak mudah tergiur oleh godaan-godaan politik," kata mantan Calon Wapres dari Partai Golkar itu. Menurut Gus Solah, deklarasi itu sudah dirancang sejak tiga bulan lalu, namun baru dibacakan saat Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz bertaushiyah di Ponpes Tebuireng. "Kalau pun sekarang ada tabligh akbar Harlah NU di Jakarta, itu secara kebetulan saja. Jadi sekali lagi saya tegaskan, ini bukan menandingi acara yang digelar PBNU, justru saya sangat mendukung acara itu," katanya. Sebelumnya kakak kandung Gus Solah yang juga mantan Ketua Umum PBNU, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menolak menghadiri acara tabligh akbar NU di Jakarta itu dengan alasan masih banyak ulama NU yang tidak bersih. Sementara ada empat poin yang terkandung dalam Deklarasi Tebuireng, yakni meminta ulama kembali ke khittah perjuangan ulama salaf; menjaga dan membentengi umat dari pengaruh liberalisme, pluralisme, dan sekularisme yang berkaitan dengan ajaran di luar Ahlussunnah wal Jamaah; mengajak para alim ulama untuk terus meningkatkan tali silaturahmi; dan menegaskan kembali peran ulama agar menjadi contoh yang bijak bagi umat untuk bersungguh-sungguh menjalankan ajaran Islam. Mengenai banyaknya ajaran dan aliran yang dianggap menodai agama Islam, Gus Solah meminta agar umat Islam tetap mewaspadainya tanpa harus melakukan tindakan anarkhisme. Sedang dalam taushiyah berbahasa Arab di Ponpes Tebuireng, Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz juga mengingatkan agar ulama di Indonesia menauladani perjuangan pendiri Jam`iyyah Nahdlatul Ulama, Hadratus Syekh Hasyim Asy`ari.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008