Pemerintah sudah mendorong gerakan panen air hujan ini sejak 2016, tinggal masyarakat mau tidak menggalakkannya di rumah-rumah.
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Pusat Studi Bencana (PSB) IPB Dr Perdinan mengatakan bencana kekeringan bisa dicegah salah satunya dengan menggalakkan kembali gerakan panen air hujan 

"Pemerintah sudah mendorong gerakan panen air hujan ini sejak 2016, tinggal masyarakat mau tidak menggalakkannya di rumah-rumah," kata Perdinan kepada ANTARA saat dihubungi di Jakarta, Jumat (21/6).

Perdinan menjelaskan gerakan panen air hujan ini adalah menampung atau mengumpulkan air hujan dalam satu wadah berupa tangki atau waduk alami, air tersebut bisa disimpan dan digunakan lagi ketika musim kemarau tiba.

Bahkan dalam jumlah banyak air tersebut dapat diolah untuk bisa digunakan sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Menurut Perdinan, upaya mitigasi bencana kekeringan sudah ada lama, bahkan sejak zaman dulu orang-orang punya tradisi menampung air hujan. Namun kini sudah jarang yang melakukan. Bahkan pemerintah juga pernah menggalakkan gerakan hemat air di masyarakat.

Baca juga: ACT siapkan jutaan liiter air tanggulangi kekeringan Gunungkidul

"Perlu kesadaran di masyarakat untuk membangun budaya hemat air, kalau lagi banyak jangan dihambur-hamburkan, kalau bisa ditampung untuk digunakan ketika musim kemarau," katanya.

Perdinan membagi kekeringan menjadi tiga kategori yakni kekeringan metrologi adalah berkurangnya curah air hujan dari biasanya. Kekeringan hidrologi menyangkut suplai air di masyarakat apakah mencukupi atau tidak dan kekeringan agronomi yakni kekeringan yang akan mengganggu penanaman di pertanian.

Untuk mitigasi kekeringan agronomi, lanjutnya, pemerintah juga sudah menggalakkan pembuatan waduk dan embung di sejumlah wilayah di Indonesia, salah satunya di Pulau Jawa.

"Upaya lain juga bisa dilakukan dengan mengganti jenis tanaman yang akan ditanam, atau menunda penanaman maupun mempercepat masa panen. Petani kita sudah melakukan hal itu, salah satunya petani di Subang," kata Dosen Klimatologi Terapan, FMIPA IPB ini.

Perdinan menambahkan untuk membantu petani, Kementerian Pertanian juga telah menyediakan kalender tanam (Katam) berbasis dalam jaringan atau online yang bisa diakses oleh petani. Dengan kalender ini petani bisa tahu kapan menanam, apa jenis tanaman pangan yang akan ditanam.

"Petani harus merespon informasi iklim, ketika iklim baik manfaatkan betul-betul untuk meningkatkan produksi, menambah jumlah stok. Sehingga ketika kekeringan datang, stok pangan sudah ada," kata Perdinan.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan musim kemarau tahun ini akan lebih kering dari tahun sebelumnya sehingga masyarakat yang tinggal di wilayah yang pernah dilanda bencana kekeringan dapat waspada.

Baca juga: Pemda DIY kesulitan mengatasi kesulitan air bersih di Gunung Kidul
Baca juga: Bantul akan bangun sarana pemanen air hujan antisipasi kekeringan

 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019