Surabaya (ANTARA News) - Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Surabaya (Persebaya) Arif Afandi memilih bersikap mengalah dan bersedia mengakhiri masa jabatannya lebih cepat, demi menyelamatkan roda organisasi yang saat ini sudah tidak kondusif. "Saya sadar, ada dinamika organisasi yang berjalan dan itu membuat kondisi internal Persebaya tidak kondusif. Saya juga setuju dengan harapan walikota, agar kondisi Persebaya tetap kondusif," katanya kepada wartawan di Surabaya, Rabu. Arif Afandi yang juga wakil walikota Surabaya sengaja mengundang wartawan untuk menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan, terkait tuntutan klub-klub anggota yang menghendaki musyawarah cabang luar biasa (Muscablub) untuk meminta dirinya mundur dari jabatan ketua umum Persebaya. Tuntutan Muscablub yang awalnya digulirkan 24 klub anggota hingga terakhir menyusut menjadi 19 klub, desakan yang sudah berlangsung sepekan terakhir itu membuat kondisi internal Persebaya kian tak kondusif. "Saya tidak setuju dengan cara-cara Muscablub untuk pergantian kepemimpinan. Rapat pengurus harian Pengcab PSSI Surabaya memutuskan untuk mengadakan Muscab dipercepat selambat-lambatnya dua bulan kedepan," katanya. Menurut dia, mekanisme Muscab dipercepat adalah cara yang paling ideal dan terbaik untuk menghindari kecenderungan anarkisme organisasi yang berlangsung di Persebaya. Selain itu, persyaratan dan alasan yang digunakan klub anggota Persebaya untuk menggelar Muscablub tidak sesuai Pedoman Dasar (PD) PSSI. Arif Afandi yang masa jabatannya di Persebaya sebenarnya baru berakhir pada 2009, menyebut langkah Muscab dipercepat ini merupakan ijtihad organisasi demi menyelamatkan Persebaya di masa mendatang. "Langkah ini juga untuk menerapkan disiplin dan prosedur organisasi yang digariskan dalam Pedoman Dasar PSSI. Nanti pada Muscab dipercepat, saya tidak bersedia dicalonkan lagi," jelasnya. Untuk rencana Muscab tersebut, rapat pengurus harian Persebaya telah menunjuk Ketua Bidang Organisasi Muhammad Alyas sebagai ketua steering comitte (panitia pengarah) dan anggota bidang hukum Yulianto SH sebagai ketua organizing comitte (panitia pelaksana) untuk membentuk kepanitiaan. Arif Afandi mengungkapkan, pergantian tiga ketua umum Persebaya sebelumnya juga dilakukan lewat proses Muscablub, yakni mulai jaman Sunarto Sumoprawiro (mantan walikota Surabaya), Dahlan Iskan (CEO Jawa Pos) hingga Bambang Dwi Hartono (walikota Surabaya saat ini). Saat terpilih sebagai ketua umum Persebaya pada tahun 2005, Arif Afandi juga melewatinya dengan Muscablub, setelah pejabat lama Bambang DH mengundurkan diri usai mendapat sanksi larangan aktif di sepakbola nasional selama 10 tahun dari PSSI. Sanksi itu dijatuhkan karena Bambang DH terlibat dalam kasus mundurnya Persebaya dari babak delapan besar Liga Indonesia 2005. Manajer Persebaya saat itu Saleh Ismail Mukadar dan Ketua Harian Persebaya (alm) Haji Santo juga mendapat sanksi dari PSSI dalam kasus yang sama. Persebaya sendiri akhirnya harus menerima hukuman di degradasi ke divisi satu pada musim 2006. "Tradisi seperti itu jangan sampai terjadi lagi di Persebaya, karena bisa menjadi preseden buruk bagi organisasi. Persebaya ini sudah menjadi bagian dan ikon dari masyarakat Surabaya, sehingga harus diselamatkan dan dijaga agar tetap kondusif," katanya. Pada kesempatan itu, Arif Afandi menambahkan tuntutan Muscablub saat ini, hampir sama dengan yang dialami Dahlan Iskan saat dilengserkan dari kursi ketua umum Persebaya pada tahun 2003. "Aktor yang menuntut Muscablub juga sama, dalang di belakangnya juga mungkin sama. Hanya korbannya yang beda. Kalau Pak Dahlan Iskan dari Jawa Pos, saya mantan anak buah beliau," kata Arif Afandi yang mantan Pimred Jawa Pos itu tanpa menyebut aktor dan dalang dibalik Muscablub tersebut. Terkait kemungkinan terganggunya persiapan Persebaya menghadapi kompetisi musim 2008, Arif Afandi yakin orang yang digadang-gadang klub anggota untuk menggantikan posisinya, pasti sudah melakukan persiapan untuk mengantisipasi hal itu. Ketua Pengprov PSSI Jatim Haruna Soemitro yang ditemui terpisah mengatakan langkah yang ditawarkan Arif Afandi sudah cukup bijaksana dan elegan, untuk menghindari tradisi tidak bagus yang selama ini berlangsung dalam pergantian kepemimpinan di Persebaya. "Saya minta semua pihak untuk menahan diri dan memberi kesempatan pengurus Persebaya melakukan langkah-langkah sesuai mekanisme yang berlaku. Artinya, semua pihak harus menghormati koridor organisasi," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008