Karanganyar (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karanganyar meminta para pendaki mengantisipasi suhu dingin ekstrem yang sering meliputi puncak Gunung Lawu di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur selama musim kemarau.

Sekretaris BPBD Karanganyar Hendro Prayitno di Karanganyar, Kamis, mengutip laporan dari relawan Anak Gunung Lawu (AGL) di posko pendakian jalur Cemoro Kandang dan Candi Cetho Karanganyar bahwa suhu di puncak gunung itu bisa mencapai 3 derajat Celsius.

"Bahkan menurut info dari teman-teman relawan AGL yang terakhir, suhu udara di puncak Lawu pada malam hari bisa sampai minus 7 derajat Celsius," kata Hendro.

Oleh karena itu dia meminta para pendaki menyiapkan diri untuk menghadapi suhu dingin ekstrem saat mendaki Gunung Lawu, antara lain dengan membawa perlengkapan seperti jaket penahan dingin serta barang-barang yang bisa digunakan untuk melawan hawa dingin.

"Jangan sampai mengalami hipotermia, yakni suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin," katanya.

BPBD juga mengimbau orang-orang yang mendaki gunung dengan tinggi sekitar 3.265 meter di atas permukaan air laut itu selama musim kemarau menghindari melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko menimbulkan kebakaran hutan.

"Kami imbau pendaki jangan membuat perapian selama pendakian. Hal ini, guna menghindari terjadinya kebakaran hutan," katanya.

Meski suhu puncaknya ekstrem pada malam hari, Gunung Lawu yang terletak di wilayah Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah) dan Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) masih ramai dikunjungi.

Nardi, koordinator pariwisata di Candi Cetho Karanganyar, mengatakan pada akhir pekan bisa sampai 200 pendaki yang menuju Gunung Lawu lewat Candi Cetho dan Cemoro Kandang Karanganyar. Pendaki yang menuju Lawu lewat Candi Cetho biasanya lebih banyak karena jalur itu medannya lebih landai dan pemandangannya indah.

Baca juga:
Pencarian pendaki hilang di Gunung Lawu dihentikan
BKSDA amankan macan tutul dari Gunung Lawu

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019