Jakarta (ANTARA) -- Indonesia saat ini ditengarai menjadi negara ketiga paling ditarget dalam ancaman keamanan digital setelah Amerika Serikat dan India, menurut laporan Check Point, Software Technologies Inc. Sedangkan dari sektornya, industri finansial atau keuangan menjadi sektor yang paling rentan terhadap ancaman cyber security. Lebih lanjut lagi, dugaan akan bocornya belasan juta data konsumen di sejumlah e-commerce masih menjadi berita yang hangat di Indonesia. 

Riset “Disruptive Decision Making” yang dilakukan oleh Telstra, perusahaan induk Telkomtelstra, memaparkan bahwa prioritas utama pemimpin bisnis global saat ini termasuk di antaranya melindungi aset digital dari ancaman dunia maya dan mengoptimalkan investasi untuk mengefisienkan waktu serta manajemen sumber daya sebagai bagian dari transformasi digital perusahaan.

Chief of Product & Sevice Officer Telkomtelstra Agus F Abdillah menilai,tantangan utama bagi korporasi di Indonesia dalam mengelola keamanan dunia maya terletak pada kemampuan untuk mendeteksi dan merespons secara efektif terhadap pelanggaran kebocoran data pada waktu yang tepat.

“Alokasi investasi untuk cyber security, terutama untuk mengatasi kebocoran data, sebaiknya dimulai dengan penilaian security intelligence yang holistik dan komprehensif," ujarnya.

“Security intelligence dalam kaitannya dengan keamanan cyber bukanlah hal baru di industri global. Penerapannya sendiri berfokus pada wawasan berbasis bukti, termasuk mekanisme, indikator, implikasi, dan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti tentang ancaman atau bahaya yang ada atau dapat muncul terhadap aset perusahaan,” paparnya.

Meskipun demikian, lanjut Agus, intelijen cyber ini terdiri dari jutaan indikator yang perlu difilter dan diprioritaskan. Oleh karena itu selain teknologi, intelijen keamanan cyber terbaik juga membutuhkan elemen talenta manusia yang expert dalam masalah keamanan yang saat ini sulit ditemukan di Indonesia.

Tantangan kekurangan sumber daya manusia (SDM) yang ahli di bidang cyber security sudah dibahas dalam riset bertajuk “Connecting Commerce” yang dilakukan Telstra dengan The Economist Intelligence Unit. Studi itu mengungkapkan bahwa kekurangan 'orang dan keterampilan' adalah tantangan digital terberat di Indonesia.

Dalam riset yang dilakukan tahun lalu itu ditemukan bahwa keterbatasan talenta SDM dan keterampilan menjadi tantangan terberat dengan porsi 36%, melampaui pendanaan investasi yang terbatas (31%), rendahnya akses ke ekosistem teknologi yang tangguh (20%), kebijakan atau peraturan pemerintah (17%), serta persoalan keamanan cyber (15%).

Menjawab tantangan security intelligence, Telkomtelstra menghadirkan keamanan cyber dengan empat keunggulan. Pertama, security capabilities, dengan mengandalkan jangkauan luas layanan intelijen keamanan SOC, memperluas dan meningkatkan kemampuan manajemen ancaman yang tersedia dari alat firewall generasi terbaru. Kedua, solusi sepenuhnya terkelola. Solusi yang dikemas secara komprehensif dan dikelola sepenuhnya dengan fitur, kemampuan, layanan, dan dukungan yang jelas.

Ketiga, dukungan security expert, dikelola oleh tim ahli keamanan yang terpercaya dan terbaik di Indonesia. Dan keempat, infrastruktur keamanan yang terintegrasi, memanfaatkan investasi besar dalam teknologi keamanan, termasuk platform Telkomtelstra untuk peringatan dan pengelolaan insiden keamanan otomatis yang cepat.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019