Kirab Budaya Banjaran Mojobangkit, kata dia, merupakan embrio supaya ke depan para pelaku seni, budaya, peneliti sekaligus pihak yang mempunyai kompetensi dalam seni dan budaya bisa bersinergi serta berkolaborasi untuk menghasilkan sesuatu yang lebih
Mojokerto (ANTARA) - Pemerintah Kota Mojokerto membangkitkan kejayaan Kerajaan Majapahit di abad ke-20 melalui kegiatan Kirab Budaya Banjaran Mojobangkit sekaligus memperingati hari jadi kota ke-101.

"Sesuai dengan tema 'Spirit of Mojopahit' kami ingin membangkitkan kejayaan kerajaan Majapahit di abad ke-20 di Kota Mojokerto," ujar Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari di sela kirab budaya, Kamis (27/6).

Kirab Budaya Banjaran Mojobangkit, kata dia, merupakan embrio supaya ke depan para pelaku seni, budaya, peneliti sekaligus pihak yang mempunyai kompetensi dalam seni dan budaya bisa bersinergi serta berkolaborasi untuk menghasilkan sesuatu yang lebih produktif.

"Ini merupakan salah satu upaya melestarikan dan mengembangkan seni budaya lokal. Sebab ini tanggung jawab Pemkot Mojokerto ikut menjaga, melindungi dan melestarikan budaya lokal," ucapnya.

Ning Ita, sapaan akrabnya, berharap melalui acara-acara seperti ini generasi muda dan kaum milenial semakin mencintai budaya lokal dan tidak terpengaruhi budaya asing sehingga terbentuk budaya berkarakter.

"Dari sini kami menyadari ada kekurangan dan harus diperbaiki ke depannya," katanya.

Baca juga: Kejayaan Majapahit dan Reog dihadirkan dalam "Jember Fashion Carnaval"

Kirab Budaya Bantaran Mojobangkit mengambil start dari Rumah Dinas Wali Kota Mojokerto dan finis di Kantor Pemkot Mojokerto.

Barisan paling depan kirab dipimpin oleh "cucuk lampah" yang terdiri dari sebarisan Mbok Ireng yang bersenjatakan sodo (lidi) lanang tumbak sewu dan bertugas membersihkan segala kejahatan (sukerti).

Selain itu, mereka juga menyingkirkan segala "sengkolo rubedo" dan segala bentuk kejahatan angkara murka yang sekaligus dilambangkan dengan tuntutan hidup dan pamomong, termasuk perlambang dari empat unsur kehidupan yaitu air, api, angin, tanah dan moncowarno.

Sodo lanang tumbak sewu, lidinya berjumlah tiga puluh tiga sesuai jumlah neptu hari dan pasaran dalam kalender Jawa yang mempunyai pengharapan tidak akan pernah ada lagi kejahatan hadir di hari selanjutnya.

Tetapi, berganti dengan hadirnya limpahan langkah kebaikan, dengan curahan berkah dan dibentengi oleh kejayaan abadi sehingga kejayaan menjadi sebuah perjumpaan yang menghadirkan bagi siapapun dalam prosesi.

Sementara itu, Wali Kota Mojokerto Ning Ita juga ikut menari remo bersama-sama dengan pejabat forkopimda setempat beserta 101 penari lain dalam kegiatan Mojongremo.

Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019