Pontianak (ANTARA) - Pemerintah Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Jumat, memperingari Hari Berkabung Daerah dengan menggelar upacara bendera dan menaikkan bendera merah putih setengah tiang sebagai wujud penghormatan kepada korban peristiwa Mandor 75 tahun silam.

"Hari ini kami menggelar upacara bendera dalam rangka memperingari HBD di lingkungan Pemkot Pontianak, dengan mengibarkan bendera setengah tiang di halaman Kantor Wali Kota Pontianak," kata Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono di Pontianak.

Ia menjelaskan, kekejaman tentara Jepang atas peristiwa pembantaian sekitar 21.037 masyarakat Kalbar 75 tahun silam di Mandor menyisakan duka. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 28 Juni 1944 itu diperingati sebagai Hari Berkabung Daerah (HBD) sebagaimana telah ditetapkannya Perda Provinsi Kalbar No. 5/2007 tentang Peristiwa Mandor sebagai Hari Berkabung Daerah dan Makam Juang Mandor sebagai Monumen Daerah Kalbar.

Edi mengatakan, perjuangan saat ini jauh berbeda dengan pada masa penjajahan dulu. Bukan lagi perang mempertahankan atau merebut negara, namun sekarang perang ekonomi dan media sosial.

"Dahulu bangsa Indonesia berperang melawan penjajah, namun di era milenial sekarang ini yang dilawan adalah berbagai macam hal yang bisa merusak tatanan kehidupan bangsa," katanya.

Berbagai hal yang dihadapi masa sekarang ini, diantaranya mulai dari dampak negatif kemajuan teknologi seperti media sosial yang perkembangannya sulit dibendung, masuknya budaya asing, kekerasan seksual, peredaran narkoba, eksploitasi dan lainnya.

"Semua itu juga merupakan bentuk penjajahan jaman now. Kita harus mampu menangkalnya dan memproteksi diri masing-masing," ujarnya.

Menurutnya, lebih dari 21 ribu jiwa yang menjadi korban keganasan penjajahan Jepang kala itu, berasal dari berbagai suku, agama dan profesi. Mereka yang menjadi korban itu memiliki potensi untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan, seperti cendekiawan, dokter, pemimpin, ulama dan tokoh-tokoh lainnya.

"Jangan sampai peristiwa serupa terulang lagi, dimana kita dijajah bangsa lain," katanya.
***3***

Pewarta: Andilala
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019