Saya dari mulai usaha itu tahun 2010 dan baru ngerasain seneng-senengnya itu pertengahan 2016 sampai sekarang bisa sukses kayak gini
Jakarta (ANTARA) - Melukis cahaya melalui lensa menjadi seni tersendiri di peradaban modern kini. Kamera yang sebagian orang digunakan untuk menangkap momen, kian berkembang dengan hanya satu dua sentuhan.

Kerumitan cuci foto, mengumpulkan film, nampaknya sudah dilalui masa-masa tersebut. Namun, untuk para pecinta seni fotografi ada sensasi sendiri ketika menangkap cahaya masih menggunakan rol film.

Benar, kamera jadul dengan film masihlah menjadi konsumsi hobi bahkan profesi bagi kalangan tertentu. Ada hal lain yang dapat dimanfaatkan dari hobi perangkat jadul tersebut, lahan bisnis, Refo Hermawan cukup jeli melihat hobi klasik ini untuk dikonversi menjadi pundi-pundi uang hingga ratusan juta per bulan.

Semua bermula dari usaha reseller film jadul, sampai akhirnya sekarang menjadi pemimpin dari sebuah merek yang sudah ia dirikan sejak 2010 tersebut, bernama "Morning Giant".

Keuntungan yang fantastis mampu ia capai dari laman daring "Morning Giant", dari usaha jual beli kamera jadul tersebut, saat ini ia berhasil mengumpulkan keuntungan bersih sebesar Rp4 juta per hari, dan dengan omset perbulannya mencapai Rp20 juta.

Morning Giant merupakan usaha online shop yang ia rintis, berawal dari menjual rol film jadul yang pada saat itu menurutnya perkembangannya sedang bagus. Menurutnya, rol film masih menjadi pangsa bisnis yang mumpuni.

Bukti pangsa pasar yang menjanjikan, ia buktikan dari menjual 40 rol film per hari yang ia hargai Rp20.000  per rol, hingga akhirnya ia kumpulkan untuk modal menjual kamera jadul yang sekarang ia jalankan.

“Dulu ketika awal jualan, saya cuma jualan rol film doang tuh, pasarnya kan lagi naik ya, sampe akhirnya saya kumpulin buat modal jualan kamera jadul,” ungkap Refo.

Repo, sapaan akrab Refo Hermawan merupakan seorang mahasiswa desain komunikasi visual (DKV) di Universitas Paramadina, Jakarta.

Saat itu, ujar pria penyuka kopi gula aren tersebut, memulai usaha hanya karena ingin senang-senang saja, tidak mempunyai niat khusus untuk mejalani sebuah usaha. “Jujur saya awalnya boro-boro serius, Cuma iseng saja buat seneng-seneng, soalnya dari pada serius nanti kalau gagal jadi stres kan, mending santai saja,” ungkapnya.

Dari ceritanya, usahanya tersebut baru menemukan titik puncak adalah pada tahun 2016 dari tahun 2010 di mana ia mulai mengawalinya. Butuh waktu enam tahun lamanya pria berbadan gempal tersebut dapat meraih keuntungan yang signifikan hingga bisa mendapatkan nominal Rp120 juta per bulannya.

“Saya dari mulai usaha itu tahun 2010 dan baru ngerasain seneng-senengnya itu pertengahan 2016 sampai sekarang bisa sukses kayak gini, butuh enam tahun membesarkan usaha ini,” ucapnya.

Fujica M1 adalah kamera pertama yang ia jual dalam usahanya tersebut. Dia merasakan bahwa ia mempunyai sebuah pasar yang jarang orang lihat dalam bisnis kamera jadul, di mana ia hanya bermodalkan uang Rp10 ribu per kamera dari sebanyak 100 buah, kemudian ia jual kembali dengan harga Rp350-750 ribu per kamera.

Soal penjualan kamera, menurutnya best seller adalah kamera Fujica m1, karena kamera tersebut sama sekali tidak perlu menggunakan baterai, langsung diputar dengan roll film sudah langsung bisa dipakai. Jenis kamera tersebut menurutnya yang sangat di minati pasar, karena bisa terjual 40 kamera per minggu dengan harga Rp350 – Rp500.000 per kamera, tergantung kondisi.

Persoalan bagaimana ia bisa mendapatkan barang yang dapat dikatakan barang bekas murah berkualitas tersebut, ia mendapatkan kamera jadul tersebut dari kenalannya di Hong Kong. Kamera yang ia dapatkan dari Hong Kong itu tidak lantas langsung dapat dijual, karena tidak semuanya dapat berfungsi dengan baik, bahkan banyak juga yang ia dapati benar-benar kamera dengan kondisi rusak total, sehingga tidak dapat diperjualbelikan.

Keseluruhan kamera, tidak dapat langsung dijual, pada intinya perlu perbaikan di beberapa bagian, bahkan banyak juga kamera bekasnya yang tidak bisa dijual sama sekali. Repo harus jeli memilih produk yang akan ia jual.

Menurut pria berumur 20 tahun tersebut kualitas adalah prioritas utama baginya. Sebab, ia benar-benar ingin membuat citra yang baik dari merk usahanya. “Ya kalau masalah barang yang saya jual, harus yang benar-benar bagus, biar orang yang beli puas, nanti kan citra merk juga yang bagus di mata orang,” katanya.

Produk yang dijualnya ternyata tidak saja diminati oleh para pengguna dewasa, namun juga para remaja bahkan anak kecil, dari pria hingga wanita. Menurut Repo terdapat banyak motivasi dari para pembeli untuk membeli kamera jadulnya tersebut. Dari karena modelnya yang dianggap lucu, hingga ada yang ingin belajar fotografi namun menggunakan kamera yang lebih dikenal kamera rendah cahaya tersebut.

Pameran
Selain menjualnya secara on line, ia juga mengikut bazar yang diadakan 3 kali dalam 1 tahun, yaitu low light bazar. Selama beberapa tahun ini Morning Giant rutin mengikuti acara pameran-pameran tersebut, yang juga merupakan sebuah komunitas para pecinta kamera jadul. Dalam bazar tersebut biasanya ia mengadakan diskon besar, misalnya kamera Kodak yang harganya Rp700.000 menjadi Rp550.000 per kameranya.

Pria penyuka Vespa itu mengungkapkan, bahwa mengikuti bazar fokus utamanya bukan fokus untuk penjualan. Mengikut bazar tersebut dimaksutkan untuk memperkenalkan brand-nya agar terkenal. Oleh karena itu selain menjual kamera, repo juga mencoba menjual merchandise, seperti baju, tas, dan barang lainnya.

Memiliki ilmu di bidang DKV membuat ia termotivasi untuk memperluas produk dagangannya. Selain fokus ke penjualan kamera jadul, Repo juga mulai membuat merek baju menggunakan nama morning giant dengan tujuan agar brand-nya tersebut dikenal secara luas.

Keluh kesahnya dalam berbisnis menurutnya adalah bagaimana menuangkan ide yang ada didalam otak untuk direalisasikan. Karena selain mempunyai usaha jual beli kamera jadul ini, ia juga mempunyai usaha merek pakaian bernama “Guts Division” yang ia rintis bersama dengan kakak kandungnya. Ia menjelaskan bahwa ia sering berselisih pendapat masalah ide bisnis yang ingin dijalankan.

Baca juga: Darwis Triadi prediksi kamera poket akan tergerus oleh ponsel
Baca juga: Sony RX0 II, kamera ultra mini untuk nge-vlog

 

Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019