Jakarta (ANTARA) - Sutradara dan penulis skenario Gina S. Noer menyatakan teknik pengambilan gambar one take sangat efektif untuk membangkitkan emosi penonton ketika menyaksikan sebuah adegan di dalam film.

"Adegan pengambilan one take penting untuk menunjukkan dinamika emosi secara utuh dan runtut," kata Gina di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Teknik pengambilan gambar one take merupakan metode dan konsep pengambilan gambar dalam satu kali pengambilan gambar (shot) saja.

Berbeda dengan teknik cut-to-cut yang mengambil gambar sebuah adegan secara sepotong demi sepotong. One take dinilai memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi karena kamera akan terus merekam hingga satu adegan tersebut selesai.

Kerja sama dari sutradara, aktor, dan kru produksi di lokasi syuting sangat diperlukan. Bukan hanya penampilan akting, sutradara juga harus mengarahkan berbagai aspek penting seperti sudut kamera agar menjadi sinkron sehingga hasil akhir adegan tersebut menjadi maksimal.

Baca juga: Sempat dikecam, ini tanggapan sutradara "Dua Garis Biru"

Dalam film terbarunya, Dua Garis Biru, Gina mengaku menggunakan teknik one take karena pemotongan gambar dalam sebuah adegan terkadang tidak diperlukan.

"Buat saya, cut atau pemotongan gambar harus ada motivasinya, harus ada penekanan," ujarnya.

Selain ketelatenan kru produksi dan teknis, hal lain agar pengambilan gambar one take sukses dan menggugah emosi penonton adalah bagaimana para aktor menampilkan peran mereka di depan kamera secara rapi.

"One take merupakan kolaborasi sebuah tim. Penampilan aktor lah yang membuat one take menjadi sempurna," ujar penulis skenario film "Habibie dan Ainun" itu

Baca juga: Gina S. Noer butuh 9 tahun siapkan film "Dua Garis Biru"

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019