Kairo (ANTARA) - Gelandang Mesir Amr Warda yang dilucuti dari skuat karena tudingan pelecehan seksual, akan kembali memperbuat negaranya pada fase gugur Piala Afrika 2019 atas permintaan rekan-rekan satu timnya, kata asosiasi sepak bola Mesir seperti dikutip AFP, hari ini.

Pemain berusia 25 tahun itu dikeluarkan dari tim menjelang Mesir menang 2-0 melawan Republik Demokrasi Kongo Rabu lalu atas tuduhan pelecehan seksual yang viral di media sosial. Sejumlah wanita memposting tangkapan layar dan kesaksian atas komentar cabul Warda, selain video-video vulgar dari pesepak bola Mesir ini.

Ketua asosiasi sepak bola Mesir, Hani Abou Rida, "memutuskan mengurangi larangan bermain sementara kepada sang pemain sehingga hanya berlaku sampai akhir putaran pertama," umum asosiasi sepak bola Mesir.

Tuan rumah Mesir sudah lolos ke 16 besar kompetisi Afrika ini setelah memenangkan dua pertandingan pertama Grup A.

Rekan-rekan satu tim Warda menyampaikan dukungan kepada pemain ini baik selama maupun setelah menaklukkan Kongo. Mohamed Salah bahkan meminta pemain itu diberi kesempatan kedua, sekalipun mengecam keras pelecehan seksual.

Baca juga: Kirim pesan cabul, gelandang Amr Warda dicoret dari skuat Mesir

Warda, yang menghabiskan paruh kedua musim lalu sebagai pemain pinjaman untuk Atromitos dari PAOK di Yunani, meminta maaf kepada para pendukung lewat sebuah video di Facebook.

"Hani Abou Rida mengaku ada semangat solidaritas di antara para pemain dan keinginan mereka untuk memaafkan rekan satu timnya Amr Warda," sambung asosiasi sepak bola Mesir.

Tetapi langkah memasukkan dia kembali ke skuat Mesir itu memicu kontroversi dalam media sosial di Mesir, mengingat Mesir menjadi salah satu negara yang paling buruk dalam soal pelecehan seksual di mana menurut laporan PBB pada 2013, sekitar 99 persen wanita di negara itu pernah mengalami pelecehan seksual.

Banyak pengguna internet, termasuk wanita, menyoroti pembelaan Warda, sedangkan tagar "tim para pelaku pelecehan" yang ditulis dalam Bahasa Arab, menjadi tagar paling di-share di Mesir. Para pengguna Internet di Mesir mengecam standard ganda di negaranya di mana sejumlah wanita malah dipenjarakan karena dianggap memicu maksiat.

Baca juga: Aguirre yakini pencoretan Warda tidak pengaruhi Mesir

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019