Dengan inovasi teknologi yang dikembangkan saat ini, dari 1 ton sekam padi dapat dihasilkan sekitar 380-400 liter nanobiosilika cair atau 150-175 kg nanobiosilika serbuk.
Jakarta (ANTARA) - Industri Eropa, khususnya Jerman, minati produk nanobiosilika dari sekam padi hasil inovasi Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.

Hal ini terungkap dalam ajang “Indonesia Innovation Day (IID) 2019”, yang diselenggarakan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Saarland University, Saarbrücken, Jerman selama 25-27 Juni 2019.

Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Prayudi Syamsuri melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat menyatakan, keunggulan produk nanobiosilika yaitu bahan baku yang digunakan dan produk yang dihasilkan lebih ramah lingkungan.
Baca juga: Menristekdikti: Penelitian bidang pangan harus sejahterakan petani

Selain itu, ujar dia, proses produksi menggunakan energi yang lebih rendah dan dapat dihasilkan dua jenis produk sekaligus (nanobiosilika cair dan serbuk), serta performa dan harga produk akhir dapat bersaing dengan produk komersial yang ada di pasaran.

"Keunggulan-keunggulan inilah yang kami tawarkan melalui ajang IID 2019 untuk menarik minat industri dan pasar Eropa," ujar Prayudi.

Silika merupakan suatu senyawa yang memiliki banyak manfaat di berbagai industri, seperti penguat ban kendaraan, semikonduktor elektronik, penghambat korosi, katalis, anticaking pada pangan, pemurnian minyak, pembersih pada pasta gigi, bahan kosmetika, pembersih deterjen, bahan cat, bahan penghantar obat, serta bahan pupuk/hara tanaman.

Saat ini silika komersial yang digunakan di dunia, termasuk di Eropa, sebagian besar berasal dari pasir kuarsa/batuan mineral, yang merupakan bahan tidak terbarukan dan membutuhkan energi tinggi dalam prosesnya.
Baca juga: Lembaga Penelitian Padi Internasional buka kantor di Bogor

"Kami namakan nanobiosilika untuk membedakan produk sejenis dari pasir, batuan ataupun proses sintetis," ujar periset nanobiosilika dari Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Hoerudin.

Pada IID 2019 ditampilkan dua jenis produk nanobiosilika yaitu cair dan serbuk.

Penggunaan nanobiosilika cair direkomendasikan sebagai hara tanaman, khususnya untuk meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama penyakit dan dampak kekeringan, dan meningkatkan mutu hasil tanaman, sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan produksi.

Sedangkan penggunaan nanobiosilika serbuk direkomendasikan sebagai bahan penguat dan bahan fungsional untuk meningkatkan performa produk akhir, seperti barang jadi karet dan cat.

"Dengan inovasi teknologi yang dikembangkan saat ini, dari 1 ton sekam padi dapat dihasilkan sekitar 380-400 liter nanobiosilika cair atau 150-175 kg nanobiosilika serbuk," ungkap Hoerudin.
Baca juga: Kemenko Maritim dorong sekam padi jadi sumber energi listrik

Harga produk silika cair dan serbuk komersial yang ada di pasaran berturut-turut sekitar 12-17 dolar AS per liter dan 1-6 dolar AS per kg, tergantung spesifikasi mutunya.

Di Indonesia setiap tahunnya dihasilkan lebih dari 11 juta ton sekam padi yang sebagian besar belum optimal pemanfaatannya. Sehingga pemanfaatan sekam padi menjadi produk nanobiosilika dapat memberikan nilai tambah ekonomi yang cukup signifikan.

Pada IID 2019 dipamerkan 37 produk inovatif Indonesia, diantaranya produk nanobiosilika dari sekam padi, selain itu juga produk inovatif sandal ramah lingkungan (biodegradable) yang sebagian besar bahannya menggunakan nanobiosilika serbuk hasil kerja sama Balitbangtan dengan PT Triangkasa Lestrari Utama.

Baca juga: Siswa SMA Indonesia akan tumbuhkan padi dan ragi di ISS

 

Pewarta: Subagyo
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019