Tidak mungkin bisa bersaing dengan negara lain tanpa menggunakan pertanian modern
Sidoarjo (ANTARA) - Menteri Pertanian Republik Indonesia Andi Amran Sulaiman mengatakan, mekanisasi pertanian bisa menurunkan biaya produksi, sehingga para petani banyak diuntungkan dengan hal tersebut.

"Jadi ke depan menanam padi menggunakan drone (pesawat tanpa awak) yang bisa menghemat biaya sampai 60 persen. Artinya jika dalam sekali tanam membutuhkan Rp12 juta, maka dengan alat modern drone cuma butuh Rp6 juta," katanya saat meluncurkan pertanian 4.0, di Desa Junwangi, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu.

Menurutnya, Kementerian Pertanian telah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk berbagai alat dan mesin pertanian seperti autonomous tractor, drone sebar benih, drone sebar pupuk granule, panen olah tanah terintegrasi dan penggunaan obat tanam.

"Capaian kami banyak yang melebihi target yang ditetapkan pemerintah. Saya cek gudang beras penuh, harga stabil dan ekspor meningkat tajam, bahkan tertinggi dalam sejarah. Kemudian Inflasi rendah dan PDB kita meningkat," katanya.

Menurut dia, semua capaian ini tidak terlepas dari gagasan Presiden Jokowi dalam merevolusi mental semua lini, termasuk menerapkan Pertanian 4.0 pada sektor pertanian. Penggunaan digitalisasi adalah jalan menuju persaingan antarnegara di dunia.

"Tidak mungkin bisa bersaing dengan negara lain tanpa menggunakan pertanian modern. Dari awal sudah melakukan digitalisasi seperti e-catalog. Jadi pembelian apapun langsung ke pabrik, harga murah dan datang tepat waktu. Semuanya karena e-catalog. Dengan cara ini harga juga turun, kemudian saya akumulasi per tahun penghematan anggaran sangat drastis," katanya.

Amran mengatakan, dengan penghematan ini pemerintah bisa mendorong lebih banyak lagi penggunaan alat ke seluruh Indonesia.

Ke depan, petani di pelosok desa tidak perlu menanam padi dengan cara lama yang masih tradisional.

Setidaknya, kata dia, efisiensi tersebut mencapai 40 persen untuk pengolahan tanah, 20 persen untuk proses penanaman dan 28,6 persen untuk penyiangan. Selain itu, penggunaan mesin transplanter dengan metode tanam Jajar Legowo 2:1 juga sangat menghemat waktu, tenaga dan biaya produksi.

Pasalnya, lanjut dia, metode ini mampu meningkatkan produktivitas sampai 0,3-1,8 ton atau 3,5–30,6 persen.

Secara finansial, pola ini juga terbukti telah meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp1,3 juta hingga Rp5 juta. Dengan kata lain, metode ini membuat pendapatan meningkat tajam sebesar 19,10 hingga 41,23.

Amran menyampaikan bahwa, pengadaan barang dan jasa untuk alat pertanian prapanen dan pascapanen melalui e-catalog juga bisa menghemat anggaran negara hingga Rp1,2 triliun.

"Dengan begitu, semua biaya menjadi lebih efisien, efektif, transparan dan akuntabel," katanya.


Baca juga: Kementan fokus kembangkan mekanisasi pertanian hingga daerah terluar
Baca juga: Mesin pertanian modern jadi strategi Mentan tarik petani muda 
 

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019