Jakarta (ANTARA) - Novak Djokovic melakukan pemanasan untuk mempertahankan gelar juara Wimbledon bukan dengan berlatih di lapangan, melainkan berkutat selama tujuh jam di ruang rapat membahas politik tenis.

Selain menjadi petenis nomor satu dunia dan pemegang 15 gelar Grand Slam, petenis berusia 32 tahun ini adalah juga presiden Dewan Pemain ATP.

Ini adalah lembaga perwakilan berkuasa yang juga kadang-kadang menentukan siapa bertemu siapa.

"Saya kira dalam industri mana pun, rapat tujuh jam secara reguler adalah tak bisa diterima karena tidak efisien," kata Djokovic seperti dikutip AFP. "Hanya ada satu kejadian malam tadi, yang dibahas hingga lewat tengah malam dan diawali sejak pukul lima (sore)."

Djokovic sama-sama dijagokan menjadi juara Wimbledon dengan para bintang lainnya seperti Roger Federer dan Rafael Nadal.

Ketidaksepakatan yang belakangan terjadi berpusat kepada keputusan mencopot kepala eksekutif ATP Chris Kermode yang menjadi tokoh berpengaruh dalam dunia tenis.

"Sudah pasti saya telah mempertimbangkan berbagai opsi. Saya juga sudah mempertimbangkan untuk mundur. Saya kira tim saya menginginkan saya mengundurkan diri, sejujurnya. Itu sudah pasti," sambung Djokovic.

Baca juga: Federer dipromosikan jadi unggulan kedua di Wimbledon

Suasana hatinya tak kunjung baik ketika para pemain seperti Jamie Murray dan Robin Haase serta pelatih Dani Vallverdu mengundurkan diri dari badan ATP itu.

Dia mungkin telah dibuat frustasi oleh politik, tetapi Djokovic tiba di Wimbledon tahun ini dengan kerangka pikiran yang lebih baik dibandingkan dengan 12 bulan lalu.

Setahun lalu itu peringkat dia berada di luar 20 besar yang untuk pertama kali dialaminya dalam kurun satu dekade. Dia juga harus berjuang keras melawani cedera siku, sehingga harus realistis dalam mengejar target trofi keempatnya di Wimbledon saat itu.

Tapi dia merajalela di lapangan, mengalahkan Nadal dalam tempo lima jam 16 menit pada babak semifinal sebelum menaklukkan Kevin Anderson dalam final.

"Sungguh berbeda. Tentunya saya mendekati Wimbledon tahun ini sebagai juara bertahan, Nomor 1 di dunia," kata dia seperti dikutip AFP.

"Tahun lalu saya terlempar dari 20 besar setelah French Open. Turun bermain setelah dioperasi, tak bisa konsisten, sehingga menjadi lompatan besar bagi saya, menjadi juara di Wimbledon tahun lalu.

"Itu memberi semacam dorongan kepada saya. Setelah itu, segalanya meningkat, menjuarai Cincinnati untuk pertama kalinya, US Open. Sebuah Grand Slam bisa dengan pasti mengubah karir seseorang dalam waktu mingguan."

Baca juga: Federer tolak ide pelatih beri instruksi di lapangan

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019