Jakarta (ANTARA) - Warga Belgia Floortje Clerix mengaku terpikat dengan warna-warni parade budaya Jakarnaval 2019 yang digelar dalam rangka perayaan HUT Ke-492 DKI Jakarta itu.

"Saya sangat senang bisa melihat kostum, tarian, dan musik karena semuanya terlihat tradisional dari Indonesia," ujar Flo kepada ANTARA ditemui di depan Balai Kota DKI Jakarta, Minggu sore.

Ia melanjutkan, "Sangat berwarna dan menarik bisa melihat berbagai budaya yang berbeda dari Indonesia."

Baca juga: Kebudayaan Korea ikut ramaikan parade Jakarnaval 2019

Reog Ponorogo menjadi penampil yang paling memikat hati Flo di gelaran Jakarnaval 2019.

"Seseorang dengan kepala seperti singa dan bulu. Sangat indah," ucap Flo mencoba menjelaskan tarian reog.

Flo mengatakan parade budaya seperti Jakarnaval tidak ada di negara asalnya. Namun, dia mengatakan, Belgia memiliki karnaval, yang digelar tahunan setiap Februari, di mana peserta parade melempar permen kepada warga yang menyaksikan.

Flo juga mengaku menyukai Jakarta karena memiliki banyak aktivitas untuk warganya, salah satunya Jakarnaval.

Selain itu, menurut dia, Jakarta juga memiliki banyak tempat untuk berkumpul bersama kawan-kawan.

Negatifnya, menurut Flo, Jakarta kota yang sangat berpolusi. Masyarakat sebaiknya didorong untuk menggunakan transportasi umum.

"Transjakarta dan MRT sangat bagus. Mungkin ada orang yang bilang tidak bagus karena mereka tidak pernah mencoba. Saya selalui pakai transportasi umum, sudah sangat nyaman, tinggal dikembangkan lagi," kata Flo.

Jakarnaval 2019 dilepas oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di depan Balai Kota, Jakarta Pusat, Minggu pukul 15.50 WIB.

Parade tersebut tidak hanya menampilkan budaya Betawi, tetapi juga budaya lain di Indonesia, bahwa budaya asing, seperti Korea Selatan dan Maroko.

Selain atraksi budaya, Jakarnaval 2019 juga dimeriahkan dengan atraksi kendaraan milik berbagai dinas DKI, salah satunya alat berat eskavator, dan kendaraan yang didekor menyerupai MRT.

Baca juga: "Transformer" hingga "MRT" meriahkan Jakarnaval 2019

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019