Padang (ANTARA) - Peneliti Loka Riset Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir (LRSDKP) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Wisnu Arya Gemilang mengingatkan pemerintah daerah di Sumatera Barat akan potensi bencana likuifaksi di daerah itu.

"Potensi likuifaksi atau pergerakan tanah cukup besar di sepanjang pantai, meski karakteristiknya berbeda dengan likuifaksi di Palu, Sulawesi Tengah," katanya di Padang, Senin.

Menurutnya, hampir seluruh daerah pesisir Sumbar memiliki karakter tanah dengan kepadatan rendah berbentuk butiran yang seragam. Kondisi itu menyebabkan potensi likuifaksi menjadi cukup tinggi.

Khusus untuk Kota Padang, sesuai penelitian, kondisi tanah yang berpotensi tinggi terjadi likuifaksi berada di pesisir sementara kawasan yang telah melewati jalan bypass ke bagian Timur, dinilai hanya memiliki potensi  likuifaksi rendah.

Ia menyebut pada gempa bumi 2009 di Sumbar, likuifaksi sebenarnya terjadi di kawasan Pantai Padang, ini terbukti ada jalan-jalan retak dan amblas dalam skala kecil.

"Kita ingin sampaikan hal ini pada pemerintah daerah, bukan untuk menakut-nakuti tetapi agar diambil langkah konkret sebagai antisipasi sejak dini," ujarnya.

Salah satu langkah antisipasi yang bisa dilakukan, menurut dia, adalah mengurangi bangunan di sepanjang pantai, karena bisa membahayakan jika pergerakan tanah itu terjadi.

Ia menilai saat ini jumlah bangunan di sepanjang pantai di Sumbar sangat banyak, bahkan diantaranya terdapat hotel.

Baca juga: Jalur di lokasi likuifaksi Sigi putus diterjang banjir
Baca juga: BPBD Palu belum izinkan warga manfaatkan lahan terdampak likuefaksi
Baca juga: BPBD Palu ukur tingkat kerentanan tanah untuk mitigasi bencana

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019