Jakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) tengah mengembangkan sistem pemantauan kondisi lahan gambut berbasis citra satelit untuk melengkapi alat pemantauan yang sudah ada di lapangan.

"Ada inovasi atau terobosan. Ini sedang dikerjakan," kata Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan BRG Haris Gunawan di Jakarta, Selasa.

Selama ini, BRG sudah memiliki Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut (Sipalaga) yang alatnya tersebar di 142 titik di tujuh provinsi yang lahan gambutnya menjadi prioritas restorasi.

BRG yang dibentuk pada 2016 diberi tugas mengkoordinasikan dan memfasilitasi restorasi gambut pada Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatra Selatan, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, dan Provinsi Papua.

Haris menjelaskan Sipalaga akan terus dioptimalkan dengan penambahan alat, seiring dengan pengembangan pemantauan berbasis citra satelit sehingga hasilnya semakin bisa diandalkan.

Pengembangan pemantauan berbasis citra satelit dilakukan BRG bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Jadi, kami kombinasi antara teknologi resolusi tinggi ini dengan sistem pengamatan di darat. Tentu akurasinya akan semakin 'realible'," katanya.

Haris mengharapkan pengembangan sistem pemantauan berbasis citra satelit itu bisa terwujud prototipenya pada akhir 2019.

Sementara untuk pengoptimalan Sipalaga, ia menyebutkan pada tahun ini rencananya ditambah lagi 30 alat sehingga jumlah alat pemantaunya menjadi 172 unit.

"Idealnya berapa? Ya, bisa ribuan. Makanya, kami padukan dengan pemantauan citra satelit. Namun, kemungkinan pada 2020 ada tambahan 20 alat lagi untuk Sipalaga," katanya

Sipalaga berfungsi sebagai pemantau tinggi muka air (TMA) di lahan gambut sehingga bisa dimonitor tingkat bahayanya dari potensi kebakaran.

Kondisi TMA lahan gambut tidak boleh kurang dari 0,4 meter karena sangat kering dan mudah terbakar.

Sipalaga akan mendeteksi secara otomatis titik-titik lahan gambut yang TMA-nya melebihi 0,4 meter yang dikategorikan awas kebakaran.

Baca juga: BRG: Sekat kanal berbasis karet alam efektif jaga gambut tetap basah
Baca juga: BRG kenalkan sistem informasi permudah pantau gambut Papua
Baca juga: BRG : restorasi gambut di Jambi mencapai 77.528 hektare

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019