Orang tua bertanggung jawab mendidik anaknya sesuai dengan agamanya
Jakarta (ANTARA) - Pendiri President University Setyono Djuandi Darmono mengusulkan agar pelajaran budi pekerti dimasukkan pada mata pelajaran pada periode mendatang.

"Mutu pendidikan kita jauh lebih bagus saat ini, karena pada tahun 1945 yang bisa baca sedikit, yang bisa nulis sedikit. Jadi maju sekali. Tapi ada yang salah. Kita meninggalkan ajaran budi pekerti diganti dengan pelajaran agama di sekolah," ujar Darmono usai peluncuran bukunya "Bringing Civilization Together" di Jakarta, Kamis.

Dia menambahkan pelajaran agama seharusnya diberikan oleh orang tua kepada anaknya atau guru agama. Bukan melalui sekolah. Kalau sekarang, kata dia, dari SD belajar agama di sekolah yang mana tidak hanya ada satu agama saja.

"Kalau sekarang ada agama Islam, ada Kristen, ada Budha, dan lainnya di sekolah. Itu bisa menyulut perpecahan, seharusnya agama diajarkan oleh orang tua. Akan tetapi kalau budi luhur, budi pekerti itu harus diajarkan oleh guru," terang dia.

Guru yang mengajarkan budi pekerti bisa dari agama apa saja, sedangkan kalau dilihat kondisi saat ini masing-masing agama ada gurunya masing-masing. Hal itu, menurut dia, memakan anggaran yang cukup besar.

"Orang tua bertanggung jawab mendidik anaknya sesuai dengan agamanya."

Dia juga menambahkan dengan pelajaran budi pekerti bisa membuat bangsa itu bisa bersatu dan tidak terpecah-pecah, karena begitu terpecah maka asing akan senang bisa menguasai bangsa Indonesia.

SD Darmono yang juga pendiri PT Kawasan Industri Jababeka itu menerbitkan bukunya yang keenam. Buku itu membahas mengenai manusia, etika, teknologi, politik, dan elemen-elemen kehidupan lainnya.

Dalam buku itu juga, Darmono mengungkapkan gagasan yakni "human processing factory" untuk mempertegas gagasannya  membina manusia adalah kunci peradaban.*


Baca juga: Presiden Jokowi: Penyuluh agama jadi teladan budi pekerti
 Baca juga: Anis: Sekolah diinstruksi terapkan program budi pekerti

Pewarta: Indriani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019