Jakarta (ANTARA) -
Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani skizofrenia, gangguan mental yang membuat penderita mengalami halusinasi, delusi dan perubahan perilaku.
 
"Metode pengobatan yang dilakukan hanya sebatas mengendalikan dan mengurangi gejala pada pasien," kata dokter Tjin Willy dari ALODOKTER, dalam keterangan resmi, Jumat.
 
Beberapa metode pengobatan meliputi obat-obatan dan terapi.
 
Untuk menangani halusinasi dan delusi, dokter akan meresepkan obat antipsikotik dalam dosis seminimal mungkin. Antipsikotik bekerja dengan menghambat efek dopamin dan serotonin dalam otak.
 
Pasien harus tetap mengonsumsi antipsikotik untuk seumur hidupnya, meskipun gejala yang dialami sudah membaik. Obat antipsikotik dapat diberikan dalam bentuk tablet atau suntik.
 
Tablet diberikan pada pasien yang mudah diatur, sementara obat suntik diberikan pada pasien yang berperilaku sebaliknya.
 
Ada beberapa efek samping obat antipsikotik yang dapat muncul, yakni berat badan bertambah, gairah seks menurun, kejang, mulut kering, penglihatan kabur, pusing, tremor.
 
Antipsikotik terbagi dalam jenis tipikal (generasi lama) dan atipikal (generasi baru). Saat ini, dokter lebih merekomendasikan atipikal karena memiliki lebih sedikit efek samping ketimbang tipikal. 
 
Beberapa jenis antipsikotik tipikal adalah chlorpromazine, fluphenazine, dan haloperidol. Sedangkan jenis antipsikotik atipikal antara lain aripiprazole, clozapine, olanzapine, dan risperidone.
 
Psikoterapi
 
Psikoterapi untuk penderita skizofrenia bertujuan agar penderita dapat mengendalikan gejala yang dialaminya. Terapi ini akan dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan.

Beberapa metode psikoterapi, antara lain:

Terapi individual
Pada terapi ini, psikiater akan mengajarkan keluarga dan teman pasien bagaimana berinteraksi dengan pasien. Di antara caranya adalah dengan memahami pola pikir dan perilaku pasien.
 
Terapi perilaku kognitif
Terapi ini bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir pasien. Kombinasi terapi perilaku kognitif dan obat-obatan, akan membantu pasien memahami pemicu halusinasi dan delusi, serta mengajarkan pasien cara mengatasinya.
 
Terapi remediasi kognitif.
Terapi ini mengajarkan pasien cara memahami lingkungan sosial, serta meningkatkan kemampuan pasien dalam memperhatikan atau mengingat sesuatu, dan mengendalikan pola pikirnya.
 
Terapi elektrokonvulsif
Terapi elektrokonvulsif merupakan metode yang paling efektif, untuk meredakan keinginan bunuh diri, mengatasi gejala depresi berat, dan menangani psikosis.
 
Terapi dilakukan 2-3 kali sepekan, selama 2-4 minggu, dan dapat dikombinasikan dengan psikoterapi dan pemberian obat.
 
Dalam terapi ini, pasien akan diberikan bius umum, dan obat untuk membuat otot pasien lebih rileks. Kemudian, dokter akan memasang elektroda di ubun-ubun pasien. Arus listrik rendah akan mengalir melalui elektroda, dan memicu kejang singkat di otak pasien.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019