Stasiun Klimatologi Padang
Jakarta (ANTARA) - Kepala Stasiun Klimatologi Padang Pariaman Heron Tarigan mengatakan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ikut memerangi kabar palsu seiring banyaknya hoaks di media sosial terkait fenomena alam yang bisa membahayakan.

"BMKG ikut menangkal hoaks misalnya ada badai yang sejatinya tidak ada," kata Heron saat berdiskusi dengan wartawan di kantornya Padang Pariaman, Sumatera Barat, Minggu.

Dia mengatakan Stasiun Klimatologi Padang Pariaman memiliki grup media perpesanan WhatsApp dengan anggota dari unsur BMKG dan petani. Dalam forum tersebut sering diisi diskusi mengenai iklim, persoalan pertanian termasuk menjadi grup tanya jawab mengonfirmasi mengenai sesuatu informasi.

Dengan begitu, kata dia, hoaks dapat ditangkal melalui grup WhatsApp tersebut. Adapun grup perpesanan elektronik tersebut tujuan utamanya adalah menjadi forum diskusi mengenai pertanian meski dapat digunakan untuk menangkal kabar palsu.

Menurut dia, BMKG harus bisa berkontribusi bagi masyarakat melalui berbagai fasilitas dan sumber daya manusianya.

Heron mengatakan peran BMKG sangat luas setidaknya bisa digolongkan menjadi 12 sektor peran yang dibutuhkan.

Di antara peran-peran itu adalah untuk transportasi, pertanian dan kehutanan, pariwisata, pertahanan dan keamanan, konstruksi, tata ruang, kesehatan, sumber daya air, energi dan pertambangan, industri, kelautan dan perikanan serta penanggulangan bencana.

Heron mengatakan Stasiun Klimatologi Padang Pariaman banyak mengolah data terkait iklim dan cuaca sebagaimana fungsi utamanya. Data-data yang diperoleh dari alat ukur kemudian diolah menjadi informasi yang dapat digunakan oleh masyarakat.

"Stasiun Klimatologi Padang. Data-data kami menjadi parameter pemangku kepentingan seperti dari Kementerian Pertanian dan lainnya untuk menentukan kalender tanam yang baik," kata dia.

Analisis klimatologi, lanjut dia, dapat menghasilkan data prediksi curah hujan selama tiga bulan ke depan. Awalnya prakiraan itu disajikan per enam bulan tapi dipersingkat menyesuaikan kebutuhan petani.

Data-data tersebut, kata dia, dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan waktu tanam suatu jenis tanaman untuk kurun waktu cuaca dalam suatu periode sehingga pada saat tertentu vegetasi itu bisa tumbuh, berkembang secara baik dan memberi hasil panen yang melimpah.

"Masa tanam itu rata-rata tiga bulan. Kita perbarui setiap tiga bulan. Data-data iklim akan dikombinasikan dengan data lainnya sehingga misalnya ada info air tanah yang nanti bisa ikut menentukan pola tanam suatu wilayah," kata dia.

Baca juga: BMKG: Banyak negara mengadopsi program sekolah lapang iklim
Baca juga: Sekolah Lapang Iklim peran BMKG dukung ketahanan pangan
Baca juga: BMKG kembali gelar sekolah iklim bagi petani Kupang

 

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019