Tidak ada urgensi besar bagi The Fed untuk bertindak...
Tokyo (ANTARA) - Kurs dolar Amerika Serikat (AS) naik secara luas di perdagangan Asia pada Senin pagi, setelah pertumbuhan lapangan kerja yang kuat di AS pada Juni menyarankan Federal Reserve (Fed) tidak akan secara agresif memotong suku bunganya akhir bulan ini.

Data payroll (penggajian) non-pertanian AS rebound pada Juni menjadi 224.000, terbesar dalam lima bulan, data menunjukkan pada Jumat (5/7), mengalahkan estimasi konsensus ekonom sebesar 160.000 pekerjaan baru.

Hasil kuat itu hampir menghapus peluang untuk penurunan setengah poin suku bunga Fed pada akhir Juli, tetapi kenaikan upah moderat di antara data lain menunjukkan ekonomi terbesar dunia itu kehilangan tenaga dan masih dapat mendorong bank sentral untuk menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Baca juga: Dolar AS menguat didukung data ekonomi positif

Indeks dolar AS naik ke tertinggi 97,443 pada Jumat (5/7/20190, level tertinggi sejak 19 Juni, sehingga imbal hasil surat utang AS naik di seluruh papan.

Indeks, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, terakhir dikutip pada 97,277, hampir datar di awal perdagangan Asia pada Senin, dengan euro diperdagangkan pada 1,1223 dolar AS.

Terhadap yen, dolar AS naik ke level 108,640 yen pada Jumat (5/7), tertinggi sejak 18 Juni. Pasangan ini terakhir dikutip pada 108,51 yen. Baca juga: Melemah, dolar AS di Tokyo diperdagangkan di paruh tengah 108 yen


"Tidak ada urgensi besar bagi The Fed untuk bertindak, dan tentu saja tidak dengan langkah setengah persentase poin," kata Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex , Marc Chandler.

Ketika fokus pedagang dengan cepat bergeser ke kesaksian Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell di Kongres, yang dijadwalkan pada Rabu dan Kamis pekan ini, Chandler mengatakan mungkin sudah terlambat untuk membujuk pasar bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunga sekarang.

"Tapi Powell dapat bersandar pada gagasan bahwa Fed akan menurunkan suku bunga 75 basis poin tahun ini, dengan menekankan ekspansi yang masih kuat, kondisi keuangan yang kuat, dan mungkin memotong pemotongan dalam hal 'jaminan'.'

Pound Inggris mencapai level terendah enam bulan terhadap dolar AS pada Jumat (5/7), setelah data ekonomi yang buruk dan kenaikan harapan bahwa bank sentral Inggris, Bank of England (BOE), akan memangkas suku bunga. Data pekerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan memicu reli dalam dolar AS, sehingga menambah kerugian sterling.

Sterling jatuh ke level 1,2481 dolar AS, terendah sejak flash crash pada 3 Januari ketika pound turun menjadi 1,2409 dolar AS.Terakhir dikutip pada 1,2525 dolar AS.

Di tempat lain, lira Turki melemah tajam setelah Presiden Tayyip Erdogan memberhentikan gubernur bank sentral negara itu.

Lira merosot ke level 5,8245 terhadap dolar AS, terendah dalam dua minggu, di perdagangan Asia yang sangat awal dan terakhir diperdagangkan pada 5,7500 dolar AS, setelah mengurangi beberapa kerugiannya.

Gubernur Murat Cetinkaya, yang masa jabatannya empat tahun akan berlangsung hingga 2020, digantikan oleh wakilnya Murat Uysal. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Rupiah Senin pagi melemah 66 poin, di atas Rp14.100

Baca juga: Yuan China melemah jadi 6,8881 terhadap dolar AS


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019