Jakarta (ANTARA) - Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri menyerukan bahwa prinsip musyawarah mufakat dan dialog konstruktif adalah cara terbaik dalam menyelesaikan segala bentuk pertentangan antar-bangsa demi mewujudkan perdamaian dunia.

Seruan tersebut disampaikan Megawati Soekarnoputri ketika menjadi pembicara kunci pada World Peace Forum (WPF) VIII, di Beijing, China, Senin (8/7), seperti dikutip tim PDI Perjuangan melalui siaran persnya.

Baca juga: Megawati terharu atas antusiasme masyarakat terhadap Soekarno

Baca juga: Megawati bicara soal beratnya pembinaan ideologi Pancasila

Baca juga: Megawati kunjungan kerja ke China


Megawati menjadi pembicara kunci pada sidang pleno bertema International Configuration and World Order. China menjadi tuan rumah WPF VIII yang diselenggarakan di Tshinghua University di Beijing, China, pada 8-9 Juli 2019.

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu menegaskan, jika dunia internasional ingin damai, maka setiap negara harus menghormati kedaulatan masing-masing negara lainnya, meskipun negara lainnya itu secara geografis sangat kecil dan penduduknya sedikit.

Menurut Megawati, isu perdamaian menghangat biasanya seiring dengan adanya isu adu kekuatan yang terjadi di antara negara-negara yang dinilai maju dalam pertumbuhan ekonominya.

"Dalam forum ini, saya ingin mengajukan pertanyaan, yaitu siapakah sebenarnya yang hendak dihancurkan di abad 21 ini?. Inikah arti kemerdekaan yang dengan susah payah telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa kita? Inikah arti dari kemajuan teknologi? Apakah teknologi diciptakan untuk menyulut peperangan atau sebenarnya untuk memperkokoh perdamaian?" ucap Megawati.

Menurut Megawati, dunia juga telah mengalami berbagai contoh kesengsaraan akibat peperangan. "Mulai dari perang dunia, konflik semenanjung Korea, konflik di Timur Tengah, dan lainnya," katanya.

Di sisi lain, kata Megawati, begitu banyak inisiatif telah dilakukan, baik perdamaian lewat Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955, Gerakan Non-Blok (GNB), hingga kerja-kerja yang dilakukan PBB dan badan dunia.

Pada kesempatan tersebut, Megawati juga menyampaikan beberapa prinsip perdamaian dunia, pertama, semua negara harus selalu ingat bahwa bumi yang kita diami ini hanyalah satu. "Maka kita sendirilah yang harus menjaga dan melestarikannya," katanya.

Kedua, semua harus menyadari jika setiap pertentangan selalu dimaknai sebagai perang, maka pertentangan tersebut pasti akan berujung dengan bahaya bagi peradaban manusia.

Dalam konteks itu, kata dia, nasib umat manusia tidak dapat ditentukan oleh hanya segelintir bangsa atau golongan yang merasa dirinya besar dan kuat, paling benar dan suci. "Setiap bangsa, sekecil apapun, berhak bersuara. Suara sekecil apapun, berhak untuk didengar dalam upaya keamanan dan perdamaian dunia," katanya.

Ketiga, jika bersepakat menciptakan perdamaian dunia, maka lenyapkanlah sebab-sebab pertikaian dan ketegangan, karena dunia akan merasa damai jika sebab-sebab peperangan dilenyapkan. "Jika segala kebencian, permusuhan dan keserakahan dilenyapkan," katanya.

Menurut Megawati, caranya adalah dengan duduk bersama, menggunakan pikiran dan hati yang tenang. "Lenyapkan semua perasaan kebencian, permusuhan, dan keserakahan, serta lakukan dialog konstruktif. Lakukan musyawarah mufakat, temukan dan putuskan prinsip-prinsip yang disetujui secara bersama untuk menyelesaikan pertentangan," ujarnya.

Megawati juga mengingatkan, ada prinsip yang sesuai dengan amanat Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), yakni prinsip persamaan kedaulatan bagi semua bangsa.

"Satu prinsip untuk menghormati, menghargai, mengakui, dan melindungi penggunaan hak-hak azasi setiap manusia dan hak-hak azasi nasional setiap bangsa. Itulah prinsip yang harus diterima, dipegang teguh, dan dijalankan oleh setiap bangsa," tegasnya.


 

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019