Ada anak-anak muda yang mencoba datang. Tetapi kami tidak memiliki fasilitas yang baik di Jakarta
Jakarta (ANTARA) - Petenis Indonesia Christopher Rungkat yang tengah mengenalkan Indonesia dalam kancah tenis internasional, harus kesulitan dalam mengembangkan karirnya karena masalah fasilitas tenis yang diubah menjadi lapangan bisbol.

Petenis berusia 29 tahun itu adalah salah satu pemain ganda top di Asia, yang sedang menaikkan kariernya dan membuat debutnya pada babak utama Wimbledon.

Peraih medali emas ganda campuran Asian Games 2018 ini berharap performanya bisa menginspirasi generasi baru untuk bermain tenis, asalkan dengan dorongan pihak berwenang Indonesia yang mau membangun fasilitas.

"Ada anak-anak muda yang mencoba datang. Tetapi kami tidak memiliki fasilitas yang baik di Jakarta. Tadinya kami punya fasilitas yang bagus dengan banyak lapangan tanah liat dan lapangan keras, tetapi pemerintah memutuskan untuk mengubahnya menjadi lapangan bisbol, sangat menyedihkan. Lokasinya tepat di pusat kota Jakarta," tutur Rungkat saat diwawancarai AFP, Selasa.

Petenis ganda peringkat ke-69 itu mengatakan bahwa prospek tenis di Indonesia bisa saja cerah, mengingat populasi yang mencapai 250 juta orang dan kecintaan masyarakat pada olahraga raket lainnya, bulutangkis.

"Kami memiliki masa depan yang baik di tenis. Saya sangat berharap saya bisa menginspirasi anak-anak muda, saya juga sangat berharap pemerintah bisa membantu mereka. Paling tidak kita harus memulai dengan memiliki lapangan dan fasilitas yang memadai."

Rungkat telah bermain ganda putra dengan Hsieh Cheng-Peng asal Taiwan selama 18 bulan.

Mereka adalah dua dari enam pemain ganda putra tenis teratas dari Asia.

"Kami memiliki banyak sejarah dengan pemain ganda Asia seperti Leander Paes. Berada di sana bersama mereka adalah pencapaian yang luar biasa. Ini adalah generasi baru yang akan kami miliki. Saya dan Hsieh adalah di antara sedikit petenis yang berusia di bawah 30," pungkas Rungkat.

Mereka kalah pada putaran pertama Wimbledon, ditundukkan unggulan ke-14 Jurgen Melzer dan Oliver Marach dari Austria.

Baca juga: Christopher Rungkat terhenti pada putaran kedua ganda campuran

"Saya sangat bersemangat, terutama bermain pada nomor utama dalam event  paling bergengsi ini. Saya sudah menunggu begitu lama untuk saat-saat ini dan sangat bangga pada diri sendiri untuk sampai ke tahap ini," katanya.

Ia adalah satu-satunya petenis dalam tur putra dari Indonesia.

Tidak ada satu pun petenis Indonesia yang masuk peringkat tunggal putra dunia dengan hanya Rungkat yang berada pada 700 besar nomor ganda.

Ada juga tiga wanita Indonesia pada nomor tunggal, namun semua di luar peringkat 400 besar.

Namun, Rungkat bukan satu-satunya orang Indonesia di Wimbledon.

Ada Priska Madelyn Nugroho (16 tahun) yang berkompetisi pada nomor tunggal putri, dengan mencetak kemenangan putaran pertama.

"Dia bermain bagus, masih dan sangat berbakat dan saya melihat potensi yang baik dalam dirinya. Saya kira dia akan menjadi harapan Indonesia berikutnya dalam tenis," tutur Rungkat.

Rungkat mengatakan, memenangkan medali Asian Games dan lolos ke turnamen Grand Slam bisa menarik perhatian orang-orang Indonesia.

Sebagai bagian dari visinya untuk menginspirasi generasi baru petenis Indonesia, Rungkat akan kembali berkompetisi pada Olimpiade Tokyo 2020.

"Saya akan senang bermain di Olimpiade. Ini impian saya sejak saya masih kecil," katanya.

Baca juga: Christopher Rungkat awali Wimbledon lawan unggulan 14

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2019