Pekanbaru (ANTARA) - Puluhan siswa SDN 01 di Jalan Ahmad Yani Kota Pekanbaru, Riau, pada tahun ajaran baru terpaksa belajar di halaman karena sekolah negeri tersebut kekurangan ruang belajar.

Berdasarkan pantauan Antara, Selasa, siswa mengenakan seragam putih merah belajar dengan beralaskan tikar di halaman tanpa menggunakan papan tulis. Bangunan sekolah yang berada di pusat Kota Pekanbaru ini sebenarnya cukup besar, namun dibagi untuk dua sekolah yakni SDN 01 dan SDN 10.

Ketua Komite Sekolah SDN 01 Syafrial Alidin, mengungkapkan kejadian tersebut. “Itu yang belajar di halaman siswa kelas 2, mereka menunggu giliran kelas yang dipakai kelas 1,” kata Syafrial kepada Antara.

Ia mengatakan, kondisi tersebut akan diperparah karena ada rencana penggabungan tiga SD negeri dari Pemerintah Kota Pekanbaru. SDN 01, SDN 10 dan SDN 156, yang berada dalam satu kompleks namun beda gedung, akan digabung menjadi SDN 01. Menurut dia, rencana penggabungan sekolah itu tidak dikomunikasikan kepada orang tua siswa.

“Saya baru tahu karena sepertinya ini disembunyikan. Pagi tadi saya datang antar anak, baru diberi tahu akan merjer. Lalu saya tanya ruangan gimana, orang tua gimana, tapi tak dapat info,” katanya.

Ia mengatakan informasi yang didapat dari guru bahwa alasan penggabungan tiga sekolah kekurangan murid. Namun, ia menilai alasan itu konyol karena bagaimana SD negeri itu bisa mendatangkan calon siswa baru karena fasilitas sekolah sangat kurang.

“Kondisi yang ada sekarang kalau digabung tiga sekolah bagaimana mungkin. Sekarang saja SD 01 ruang guru tak ada, sangat kecil di bawah tangga. Perpustakaan gak ada, ruang UKS (usaha kesehatan sekolah) gak ada, kantin gak ada. Memang gak ada ruangan,” katanya.

Ia menilai penggabungan tiga sekolah itu bisa saja berjalan lancar apabila bangunan SDN 156 masih bisa digunakan. Namun, ia mengatakan Pemko Pekanbaru ternyata akan menggunakan bangunan sekolah itu untuk pasar. Sebelumnya, SDN 19 di Jalan Teratai yang berada di belakang SDN 156 juga dialihfungsikan jadi bangunan pasar higienis dan siswa-siswanya dipindahkan ke tiga sekolah tersebut.

Padahal, bangunan SDN 156 lebih bagus dan lengkap karena sudah berdiri bertingkat dua yang bisa menunjang belajar dan mengajar di sekolah itu.

"Kita sesalkan alih fungsi sekolah jadi pasar. Sekolah sebagus itu dikorbankan jadi pasar. SDN 156 yang mau jadi pasar fasilitasnya lebih lengkap daripada yang SDN 01 dan SDN 10 ini,” katanya.

Menurut dia, apabila tiga sekolah tersebut jadi digabungkan, idealnya akan membutuhkan 10 ruang kelas. Kalau dipaksakan, maka siswa akan dibagi-bagi belajarnya menjadi kelas pagi, siang dan sore.

“Dan yang ada sekarang saja itu ada yang dua shift. Kelas 2 dan 3 belajarnya siang. Kalau digabung tiga sekolah bisa tiga shift belajar sampai sore, gak ada yang maksimal akhirnya,” keluh Syafrial.

Pihak sekolah belum bersedia berkomentar mengenai masalah tersebut. Beberapa guru yang ditemui Antara di sekolah tersebut juga hanya memberikan keterangan sangat minim.

“Sudah dua hari belajar di halaman ya karena kekurangan lokal (kelas),” kata seorang guru yang tidak mau identitasnya dituliskan.

Baca juga: Sekolah kekurangan murid di Gunung Kidul kembali terima siswa

Baca juga: Bekasi gabungkan 29 SDN atasi kekurangan murid


Pewarta: FB Anggoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019