Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Imam Teguh Saptono mengatakan pihaknya menyasar dunia pendidikan menengah dan perguruan tinggi untuk promosi mengenai kesadaran berwakaf.

"Agar ada wakaf 'goes to campus', itu tantangannya menjadi luar biasa," kata Imam saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan generasi muda harus sejak dini dikenalkan dengan pentingnya zakat untuk kemaslahatan umum, selain urgensinya dari aspek syariah.

Jika tidak dilakukan segera, kata dia, maka semakin banyak potensi wakaf yang tidak tergarap. Wakaf dengan pengelolaan yang rapih dan terukur dapat memicu kesejahteraan karena aset-aset dikembangkan untuk mendapat keuntungan kemudian dilakukan bagi hasil untuk kemaslahatan umum.

"Kalau tidak segera kita kerjakan, kita kehilangan kesempatan Indonesia Emas tahun 2026. Desakan untuk menjadi dermawan tidak bisa dihambat," kata dia.

Dia mengatakan saat kesadaran kaum milenial dalam beragama tinggi dan memiliki uang cukup tapi tidak menemukan sarana berderma, berwakaf atau berfilantropi maka akan jadi persoalan.

Uang dari para milenial jika tidak diarahkan ke kegiatan filantropi seperti berwakaf, kata dia, justru bisa mengalir ke lembaga-lembaga internasional bukan lokal.

Padahal, kata dia, uang dari para milenial jika diarahkan kepada wakaf tentu akan memiliki manfaat yang lebih besar yaitu kesejahteraan umum yang lebih merata.

"Anak di masa sekarang bukan kolektor aset. Yang ada di kepala mereka ingin membuat perusahaan rintisan tidak lagi berkeinginan memiliki tanah atau kebun luas," kata dia.

Maka, kata dia, jika literasi wakaf terhadap kaum milenial tinggi maka uang mereka dapat diarahkan untuk berwakaf uang yang bisa membangun peradaban.

"Wakaf tidak lagi dengan aset untuk tanah, kuburan, masjid tapi bisa untuk menjadi pilar peradaban seperti era Islam masa lalu. Wakaf saat itu Dinasti Abbasiyah misalnya digunakan untuk membiayai riset sampai didapat 1.001 penemuan dari perguruan tinggi Islam," kata dia.

Saat Eropa dalam kegelapan, Islam berjaya dengan jasa dari wakaf. "Penelitian laboratorium, rumah sakit sampai angkatan bersenjata dibangun dari wakaf. Karena kalau dari perbankan tidak mungkin karena pada saat itu juga bank belum ada. Ada baitul maal itu pengelola wakaf," kata dia.*


Baca juga: BWI ajak masyarakat berikan wakaf terbaik

Baca juga: ACT Sumsel bangun sumur wakaf di pelosok Palembang

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019