Mataram (ANTARA) - Tiga puluh pemuda dari 10 negara di ASEAN mengunjungi Nusa Tenggara Barat untuk melihat dan belajar berbagai hal, salah satunya harmonisnya kehidupan masyarakat di provinsi itu meskipun berbeda agama, suku, rasa dan golongan.

Perwakilan pemuda dari Filipina Xyza Vasily Guenyawan Dela Pena di Mataram, Selasa,  mengaku terkesan dengan NTB karena tidak hanya terkenal dengan keindahan alam atau destinasi wisatanya, tetapi juga menjadi tempat untuk belajar bagaimana hidup harmonis dengan seluruh masyarakat yang berbeda keyakinan.

"NTB adalah daerah yang pariwisatanya sangat bagus. Tidak hanya bagus dikunjungi, namun juga menjadi tempat untuk meningkatkan pemahaman keagamaan yang kita miliki," ujarnya seusai bertemu jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB yang diwakili Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi NTB, Ridwan Syah dan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga NTB, Husnanidiaty Nurdin di Kantor Gubernur NTB di Mataram.

Para pemuda itu mengikuti ASEAN Youth Interfaith Camp 2019, yang berlangsung di Jakarta. Selain ke Jakarta, mereka juga mengunjungi sejumlah provinsi di Indonesia, salah satunya NTB sebagai salah satu lokasi untuk melakukan studi banding terkait keberagaman.

Kegiatan itu berlangsung tanggal 7 hingga 11 Juli 2019 dengan tema Culture of Prevention For Peaceful, Inclusive, Resilient, Healthy, and Harmonious Society. Para pemuda ini sebagian besar merupakan pelajar dan mahasiswa.

Hal yang sama juga disampaikan pemuda lainnya. Mereka mengaku datang ke NTB karena melihat NTB tidak memiliki catatan dalam hal konflik keagamaan. Sehingga, sangat layak dijadikan lokasi untuk berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda latar belakang.

Sementara itu, Asisten Ekonomi dan Pembangunan NTB Ridwan Syah menjelaskan NTB bisa diibaratkan sebagai Indonesia Mini karena tempat bermukimnya masyarakat yang berasal dari berbagai suku, agama dan golongan dan budaya yang berbeda-beda.

"Kebaragaman ini adalah potensi untuk pembangunan di daerah untuk Indonesia. Kami jadikan keberagaman ini sebagai kekuatan serta mengedepankan toleransi," ucapnya.

Selain itu, ia mengatakan Lombok juga dikenal sebagai pulau 1000 masjid dan masyarakatnya sangat religius. Bahkan, NTB sukses sebagai destinasi wisata dunia dengan mengembangkan friendly moslem tourism atau wisata halal.

"Kuncinya menjaga harmoni, mengembangkan kearifan lokal (local wisdom). Tapi, tetap bisa menerima hal-hal baru dari luar sebagai konsekwensi kehidupan global khususnya sektor pariwisata," katanya.

Ia menambahkan, beberapa program untuk mengelola keberagaman dan local wisdom yang telah dikembangkan di NTB, seperti Sekolah Perjumpaan, Kampung Madani dan Bale Mediasi

Untuk itu, ia mengajak para pemuda dari 10 negara itu, selain belajar soal ke NTB-an juga berharap ada berbagi pengalaman dan masukan dari pemuda itu untuk NTB.

Selama di Lombok, delegasi 10 negara ASEAN itu akan mengunjungi beberapa lokasi, antara lain, Masjid Islamic Center, Desa Lingsar serta ingin melihat dari dekat penanganan pascabencana gempa.*


Baca juga: Kemenpora inisiasi dialog antaragama pemuda ASEAN cegah radikalisme

Baca juga: 11 pemuda terbaik Indonesia berkumpul di Bangkok untuk menjadi agen-perubahan di wilayah ASEAN

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019