Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono menyampaikan bahwa industri plastik dan karet merupakan sektor manufaktur yang dinilai masih memiliki peluang pasar cukup besar.

Produk yang dihasilkan kedua sektor tersebut dipandang sangat vital, karena dibutuhkan sebagai bahan baku untuk beragam industri lain dari hulu sampai hilir.

“Peluang pasar pada industri plastik dan karet masih sangat besar sekali, seperti kebutuhan bahan baku plastik hingga 7 juta ton per tahun, sedangkan kita baru bisa suplai 2,3 juta ton. Jadi, masih ada ruang yang sangat besar pada industri ini,” kata Sigit lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.

Sigit menuturkan, guna memenuhi kebutuhan bahan baku plastik dan karet di dalam negeri, perlu dorongan dari berbagai pihak untuk memperbanyak investasi masuk pada sektor strategis tersebut.

“Apabila lebih banyak investasi yang masuk, diproyeksikan dalam lima tahun mendatang dapat tercapai substitusi bahan baku impor untuk plastik hingga 50 persen,” ujarnya.

Sigit menyebutkan, konsumsi produk plastik masih cukup tinggi dan aplikasi sebagai bahan baku juga sangat luas untuk di berbagai sektor manufaktur seperti industri kemasan produk makanan dan minuman, industri kosmetik, industri elektronik, serta industri otomotif.


Baca juga: Kemenperin genjot daya saing industri plastik dan karet
Baca juga: Kemenperin perlu dorong industri produksi plastik ramah lingkungan


Kemenperin berupaya meningkatkan penyerapan bahan baku karet melalui teknologi aspal karet dengan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) guna mendorong penggunaan aspal karet di jalan tol seluruh Indonesia.

“Dengan terobosan tersebut, 7 persen dari kebutuhan aspal di dalam negeri sebesar 1,6 juta ton bisa disubstitusi dengan karet alam,” imbuhnya.

Untuk itu, Kemenperin terus memacu pelaku industri agar bisa merealisasikan investasinya, seiring dengan potensi ceruk yang besar dan komitmen pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif.

“Memang pemerintah saat ini sedang gencar melakukan upaya-upaya untuk lebih banyak menarik investor masuk, seperti adanya kemudahan izin usaha serta pemberian insentif,” ujar Sigit.

Kemenperin mencatat, industri plastik dan karet menunjukkan kinerja yang positif secara konsisten. Sepanjang tahun 2018, industri plastik dan karet tumbuh sebesar 6,92 persen, meningkat dari tahun 2017 yang mencapai 2,47 persen.

“Ini merupakan pertumbuhan yang cukup menggembirakan karena di atas pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Sigit menambahkan, industri plastik dan karet juga memberikan kontribusi siginifkan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas.

Pada tahun 2018, menyumbang sebesar Rp92,6 triliun atau 3,5 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2017. Kondisi tersebut terus meningkat selama lima tahun terakhir.

Adapun sumbangsih terhadap devisa, terlihat dari nilai investasi industri karet dan plastik yang menyentuh Rp9,40 triliun pada tahun 2018. Di periode yang sama, nilai ekspornya menembus hingga 7,57 miliar dolar AS.

Baca juga: Kemenperin dorong pengembangan industri daur ulang plastik
Baca juga: Kemenperin tarik investor industri karet dan plastik untuk kurangi impor


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019