Semarang (ANTARA) - Restoran Semarang yang berlokasi di Jalan Gajah Mada, Kota Semarang, konsisten mempertahankan ciri khasnya menyajikan masakan kampung di tengah pesatnya perkembangan kuliner di ibukota Jawa Tengah.

"Harus ada orang 'gila' yang mempertahankan warisan kuliner jaman dulu itu," kata pemilik Restoran Semarang Jongkie Tio di Semarang, Rabu.

Menurut dia, masakan kampung sudah sulit sekali ditemukan di Semarang.

Baca juga: Anda berminat dalami 30 ikon kuliner tradisional Indonesia?

Oleh karena itu, kata dia, restoran yang didirikan sekitar tahun 1991 ini menjaga konsistensinya pada kuliner yang mulai hilang ditelan jaman itu.

Beberapa masakan yang masih menjadi andalan dan menjadi ciri khas Restoran Semarang di antaranya bestik Jawa pendrikan, semur, glewo koyor, asem-asem daging koyor, bakmi Jawa kampung, serta lontong opor cap go meh.

Selain biasa disebut sebagai masakan kampung, kata dia, menu-menu yang disajikan itu sesungguhnya merupakan kuliner akulturasi yang memiliki latar belakang sejarah masing-masing.

"Bahan baku dan penyajiannya diusahakan sama persis dengan aslinya," kata pria berusia 78 tahun itu.

Menurut dia, masih banyak konsumen yang datang untuk mencari masakan kampung.

"Mereka datang ya memang tujuannya mencari masakan yang sudah jarang ditemui ini, ingin nostalgia saja, tambah pemilik restoran yang berlokasi di seputaran kawasan Simpanglima Semarang itu.

Jongkie sendiri menyebut usaha miliknya ini sebagai salah satu pionir restoran besar di luar hotel yang berdiri di Semarang.

Seiring perkembangan waktu, menurut dia, muncul berbagai tantangan dalam menjaga kelanggengan masakan kampung tersebut.

Salah satunya, kata dia, penyiapan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan memasak masakan-masakan itu.

Jongkie mengaku selalu melatih serta mendidik langsung tentang masakan-masakan tempo dulu ini kepada para juru masaknya.

"Tapi sesudah dididik setengah mati, mahir, justru keluar untuk buat restoran sendiri," ujarnya.

Baca juga: Ketika koki Inggris mencecap masakan Padang

Baca juga: Makanan tradisional Indonesia digemari turis asing

Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2019