Jakarta (ANTARA News) - "Semua yang ada padaMu membuat diriku tiada berdaya, hanyalah bagimu, untukMu Tuhanku seluruh hidup dan cintaku." Gito Rollies melantunkan lagu "Cinta yang Tulus" sambil berlinangan air mata. Dalam acara pengajian artis di rumah sahabatnya, Adrie Subono, Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada Ramadhan (16/9) tahun lalu Gito diminta untuk memberikan ceramah dan menyanyi. Lagu "Cinta yang Tulus" adalah lagu hasil kolaborasi Gito dan GIGI yang terangkum dalam album rohani berjudul "Kembali PadaNya" produksi Sony BMG Indonesia (2007). Seperti judul album itu, kini Gito Rollies benar-benar kembali padaNya. Pemilik nama lengkap Bangun Sugito itu meninggalkan keluarga, sahabat, dan kerabatnya. Mereka berlinangan air mata saat mendengar kabar pelantun "Astuti" dan "Kartika" itu meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah, Kamis (28/2), sekitar pukul 18.45 WIB. "Itu adalah kenangan terakhir GIGI menyanyi bersama Gito Rollies," ujar Dhani Pete, manajer GIGI yang dihubungi beberapa saat setelah kabar meninggalnya Gito tersiar. Pada pengajian itu Gito terlihat segar dalam balutan setelan baju muslim warna putih dan peci hitam. Meski harus duduk di kursi roda, pria kelahiran di Biak, 1 November 1946 ini tampak sangat antusias menyampaikan kesaksian selama 40 tahun "naik panggung". "Saya tidak mau disebut memberi ceramah karena saya bukan ustadz meski banyak yang memanggil saya demikian. Tidak apa-apa. Saya lebih senang memberi testimoni, semoga berguna sebagai bahan pembelajaran bagi rekan-rekan artis semua," katanya dihadapan puluhan artis yang tergabung dalam Kelompok Pengajian Java Musikindo (Kopaja). Ayah empat anak ini berkisah tentang sepak terjangnya di dunia hiburan Indonesia, ketenarannya yang mengantar pada narkoba dan minuman keras, serta hal-hal negatif lain. Sahabatnya, Ikang Fauzi yang pada saat itu datang menyimak testimoni juga sempat memberikan beberapa pertanyaan dan Gito menjawabnya dengan bersemangat. Dengan nafas tersengal dan kalimat terbata-bata Gito mengisahkan proses taubatnya hingga memperoleh hidayah Allah. Seolah tak kehabisan semangat untuk menyampaikan dakwah di dunia hiburan, Gito kembali tampil di depan publik dalam acara "Gerak Hijrah" bersama sekitar 200 artis dan seniman muslim Indonesia. Kala itu Gito membacakan beberapa bait puisi religi pada "Pagelaran Seni Religi Gerak Hijrah untuk Indonesia Bermarwah" di Balai Sidang Jakarta (JCC), Minggu (10/2). Gito naik panggung dengan bantuan dua orang yang membopong kursi rodanya ke atas pentas. Suaranya yang serak dan puisi tentang Tuhan yang sangat menyentuh membuat penonton terharu dan bertepuk tangan. Jadi Tentara Gito lahir dalam keluarga yang menerapkan disiplin militer. Tak heran bila setamat SMA ia sempat bercita-cita menjadi tentara dan masuk Akabri di Magelang. Namun pada saat terakhir, anak ketiga dari enam bersaudara pasangan purnawiran Kapten Tukiman dan Sri Wisnumurti berubah pikiran dan memilih jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB). Di Bandung juga Gito kepincut musik dan bergabung dalam The Rollies. Masa kejayaan sebagai penyanyi dinikmatinya sekitar tahun 1970-1980-an. Gito yang tenar dan punya banyak uang bisa dengan mudah mendapatkan apapun yang diinginkannya termasuk perempuan. Selama itu pula ia akrab dengan narkotika, obat-obatan, dan zat aditif. Bahkan setelah menikah dengan perempuan keturunan Belanda, Michelle Van der Rest tahun 1983, Gito belum bisa melepaskan diri sepenuhnya dari pengaruh narkotika. Pada 1999, ia mengungkapkan dalam empat tahun terakhir benar-benar terbebas dari narkotika dan minuman keras. Ia juga semakin mendalami Islam dan dekat dengan Allah. "Alhamdulillah, saya mendalami agama. Ternyata ada tugas saya, tugas yang Rasul kerjakan, mengajak orang kembali kepada Allah," kata penerima penghargaan Kalpataru (1979) berkat lagu "Kemarau". Ia kemudian diundang berbagi pengalaman dengan para pecandu narkotika dan obat-obatan berbahaya di seminar-seminar hingga forum pengajian di berbagai daerah di Indonesia. Pada banyak kesempatan Gito sering mengungkapkan anugerah Allah selalu menghampirinya dalam banyak kejadian tak terduga di tengah upayanya sembuh dari sakit. Tidak saja melalui kawan-kawannya yang sangat baik, tetapi juga sebuah penghargaan di bidang film yang diraihnya dalam Festival Film Indonesia 2005. Gito menyabet penghargaan "Pemeran Pendukung Pria Terbaik" untuk filmnya "Janji Joni". Ia memperoleh Piala Citra atas perannya sebagai Pak Ucok dan mengungguli Arie Untung dalam film "Brownies", Lukman Sardi dalam film "Gie", dan Arie Sihasale dalam film "Virgin". Usai menerima Piala Citra, Gito sempat mengutarakan keinginannya untuk terus bermain film. Ayah empat anak itu mengatakan akan berkiprah sebagai aktor, bukan hanya karena baru mendapatkan apresiasi yang membanggakan dalam FFI 2005. "Profesi itu satu-satunya penghidupan saya. Kalau mengenai `image` sebagai da`i, itu bukan profesi. Saya hanya mau bantu-bantu para ulama. Saya tetap pada profesi saya sebagai aktor," katanya seusai menerima Piala Citra pertamanya itu. Sementara mengenai kemenangannya dalam FFI 2005, Gito mendapat hikmah bahwa kalau bisa santai dan ikhlas maka rejeki pasti datang. "Dulu waktu main film pertama kali tahun 1979, saya ngotot dapat Piala Citra. Dengan modal (akting) seadanya, saya selalu kalah dengan aktor lulusan IKJ. Tapi ternyata, setelah tua dan tidak pernah memikirkan lagi, Piala Citra malah menghampiri saya," ujarnya. Sakit Gito berjuang melawan kanker getah bening sejak 2005. Meski demikian semangat hidupnya bagaikan api yang tak pernah padam. Gito terus berusaha menjadi bermanfaat bagi orang lain, baik melalui ceramah-ceramah di berbagai acara pengajian maupun kegiatan musik. Album rohani "Kembali PadaMu" adalah salah satu kontribusinya pada dunia musik di tengah perjuangannya melawan kanker. Berkali-kali kondisi Gito tak menentu hingga harus menjalani perawatan di rumah sakit. Ia bahkan sempat menjalani kemoterapi di sebuah rumah sakit di Singapura. Kabar tentang sakitnya Gito mendapat perhatian besar dari para sahabat dan kerabatnya. Kepada wartawan Gito pernah bercerita, kebaikan hati itu terlihat ketika kawan-kawannya datang menjenguk atau membawakan obat-obatan tradisional ke rumahnya. "Mereka datang ke rumah saya membawa berbagai macam obat tradisional baik itu dari Indonesia ataupun luar negeri dan akhirnya saya yang bingung harus minum yang mana? Daripada bingung akhirnya jamu yang menghampar di atas meja itu saya minum semuanya," katanya sembari tertawa. Lantaran santer diberitakan sedang sakit, Gito dalam sebuah kesempatan juga pernah menyampaikan rasa terima kasihnya pada para wartawan. "Saya merasa perlu berterimakasih pada wartawan yang telah memberitakan sakit saya, kerena dengan demikian banyak bantuan yang mengalir. Saking banyaknya obat sampai berlimpah," katanya. Kondisi Gito sekitar November 2007 sempat berangsur membaik dan mulai meninggalkan kursi roda. Ia mengucap syukur karena kepasrahanNya pada Tuhan ternyata berbuah kesembuhan. "Alhamdulillah, selama sebulan ini, saya sudah bisa berjalan lagi. Jujur, saya sangat sedih ketika pertama kali duduk di kursi roda karena penyakit. Alhamdulillah, Allah telah memberikan keajaiban kepada saya. Saya harus mensyukuri dan tetap taat kepada Allah," katanya waktu itu. Sayangnya keadaan itu tak berlangsung lama. Gito kembali masuk rumah sakit pada Rabu (27/2). Menurut sahabat terdekatnya, Adrie Subono, Gito sempat pingsan hingga harus dilarikan ke Ruang UGD Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. "Saat saya datang ke sana sekitar pukul 23.00 malam, Kang Gito memang sedang istirahat. Tapi, sebelumnya sempat pingsan dan mengalami pendarahan saat buang air besar," kata Adrie. Sehari berselang Gito meninggal di antara kehangatan kasih keluarga dan sahabat-sahabatnya yang tengan menungguinya di rumah sakit. Gito kembali padaNya dengan meninggalkan seorang istri Michelle Van der Rest, dan empat orang anak yakni Galih, Puja, Bayu, Bintang. Data Pribadi: Nama: Gito Rollies Tempat, Tanggal Lahir: Biak, 01 November 1946 Agama: Islam Riwayat Pendidikan: Institut Teknologi Bandung jurusan Seni Rupa Riwayat Pekerjaan: Menyanyi (1970) Pemain film/ aktor: (1978) DISKOGRAFI (disarikan dari Republika Senin, 17 September 2007) Bersama The Rollies 1.The Rollies - The Rollies (Phillips,1968) 2.Halo Bandung - The Rollies (Philips,1969) 3.Let`s Start Again - The Rollies (Remaco,1971) 4.Bad News - The Rollies (Remaco,1972) 5.Sign of Love - The Rollies (Purnama Record,1973) 6.Live in TIM - The Rollies (Hidajat & Co 1976) 7.Tiada Kusangka - The Rollies (Hidajat & Co,1976) 8.Keadilan - New Rollies (Musica Studios,1977) 9.Dansa Yok Dansa - New Rollies (Musica Studios,1977) 10.Bimbi (Vol 3) - New Rollies (Musica Studios,1978) 11.Kemarau - New Rollies (Musica Studios,1978) 12.Kerinduan - New Rollies (Musica Studios,1979) 13.Pertanda - New Rollies (Musica Studios,1979) 14.Rollies `83 (Mabuk Cinta) - Rollies (Sokha,1983) 15.Rollies (Astuti) - Rollies (Sokha,1984) 16.Rollies`86 (Problema) - Rollies (Sokha,1986) 17.Iya Kan? - Rollies (Sokha,1990) 18.New Rollies `97 - New Rollies (Musica Studio,1997) ALBUM SOLO 1.Tuan Musik (Sokha Records 1986) 2.Permata Hitam/Sesuap Nasi (Sokha Records 1987) 3.Aku Tetap Aku (Sokha Records 1987) 4.Air Api (Sokha Records 1987) 5.Tragedi Buah Apel (Sokha Records 1987) 6.Goyah (Sokha Records 1987) 7.Nona/Esmiran (Sokha Records 1989) 8.Hari Dansa (Bursa Musik 1990) 9.Kembali Pada-Nya (Sony BMG Indonesia 2007) ALBUM DUET 1.Higher and Higher - Bersama Deddy Stanzah (SM Recording 1976) 2.Koq (Lepas Sensor) - Bersama Deddy Stanzah (Sokha/DS Records 1988) 3.Sop Dihidangkan - Bersama Farid Hardja (Sokha Records 1988) 4.Donna Donna - Bersama Achmad Albar (Bursa Musik,1990) 5.Kartika - Bersama Achmad Albar (Harpa/AR 1990) ALBUM TRIO 1.Jangan Cemberut - AGE (Achmad Albar,Gito Rollies,Eet Syahrani) (AR 1991) ALBUM SOUNDTRACK 1.Valentine (Blackboard 1990) BINTANG TAMU/KOMPILASI 1.Festival Lagu Populer Indonesia 1980 (Pramaqua 1980) 2.Festival Lagu Populer Indonesia 1986 (Billboard 1986) 3.Heavy Slow Rock (Atlantic Records/Sokha 1988) 4.Bintang Rock Indonesia (Atlantic Record 1989) 5.Kharisma Indonesia 2 (Atlantic Record 1989) 6.Tembang Peduli (Ceepee Records 1998) 7.Pop Muslim (Blackboard 2000) 8.Kita untuk Mereka (Sony BMG Indonesia 2005) 9.Istighfar - Opick (Forte 2005) FILM 1.Buah Bibir (PT Sarinande Films 1973),Cameo 2.Perempuan Tanpa Dosa (PT Isae Film 1978) Aktor 3.Di Ujung Malam (PT Garuda Film 1979) Aktor 4.Sepasang Merpati (PT Gramedia Film 1979) Aktor 5.Permainan Bulan Desember (PT Matari Film 1980) Aktor 6.Kereta Api Terakhir (PPFN 1981) Aktor 7.Halimun (Remaja Ellynda Film 1982) Aktor 8.Puteri Duyung (PT Budianta Film 1985) Aktor 9.Ada Apa dengan Cinta (Miles Production 2001) Aktor 10.Gerbang 13 (Revol Film 2004) Aktor 11.Janji Joni (Kalyana Shira Films,2005) Aktor (*)

Pewarta: Oleh Desy Saputra
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008