Pedagang rusunawa Pesakih
Jakarta (ANTARA) - Daya beli penghuni Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Pesakih, Jakarta Barat, sedang turun atau merosot akibat adanya berbagai kebutuhan menjelang tahun ajaran baru sekolah.  

"Sekarang makin susah jualan, sepi, jarang yang beli," kata Siti Jumilah, pedagang kelontong saat ditemui di Blok I Rusunawa Pesakih, Jakarta, Kamis.

Menurut Siti, daya beli warga merosot karena sebagian besar penghuni sedang mempersiapkan dana menjelang tahun ajaran baru. Selain itu, ia menduga berkurangnya jumlah dana dari Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang diterima para penghuni juga menjadi penyebab berkurangnya daya beli.

Dari penuturan Ali, seorang penghuni rusun yang hanya menerima Rp600.000 dari KJP. Padahal sebelumnya, dana yang diterima dari KJP bisa mencapai Rp1.000.000.

Keluhan serupa disampaikan pedagang kelontong lainnya, Yanti. Saat ini ia maksimal hanya bisa mendapatkan omzet sebesar Rp200.000 per hari.

Para pedagang di area Rusunawa Pesakih sedikit terbantu dengan adanya proyek pengerjaan rusun baru yang berada dekat Rusunawa Pesakih. Namun mereka berharap agar pemerintah provinsi atau pemerintah kotamadya lebih banyak menggelar kegiatan di rusun agar dapat menarik lebih banyak orang untuk datang dan berbelanja.

"Kalau ada kegiatan-kegiatan, bukan hanya pelatihan, orang-orang ramai yang datang. Jadi tempat kami kembali mendapat perhatian, dan dagangan kami bisa lebih laku," ujar Siti.

Baca juga: Pengembang properti optimistis daya beli masyarakat kian meningkat
Baca juga: Mendag yakin tak ada keluhan daya beli di masa pemilu
Baca juga: BPS: Inflasi rendah bukan berarti daya beli masyarakat tidak turun


Rusunawa Pesakih memiliki delapan blok. Para penghuninya merupakan orang-orang yang semula menjadi korban gusuran dari sejumlah tempat di Jakarta, seperti Kebon Jeruk, bantaran Kali Apuran, dan Kapuk. Rusun ini mulai digunakan warga korban gusuran sejak akhir 2015.

Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019