London (ANTARA News) - Hampir seluruh media massa Inggris, baik media cetak di halaman depan, maupun televisi, Jumat, menampilkan Pangeran Harry yang biasanya dikenal sebagai biang pesta sampai pagi, tengah menjalani tugas di garis depan di Afghanistan bersama dengan para rekan rekannya. Berbusana loreng loreng coklat dengan baret serta senjata dalam gengamannya tidak dapat menutupi wajah 'imut imut' sang pewaris tahta urutan ketiga Kerajaan Inggris yang berusia 23 tahun itu, yang keberangkatannya ke garis depan sempat menjadi kontroversi tahun lalu. Setelah bertugas selama 10 minggu, tiba tiba berita kehadirannya di garis depan Afghanistan itu menyeruak, meskipun media Inggris sudah diwanti wanti untuk tidak menyiarkan keberadaan putra pasangan putra mahkota Inggris, Pangeran Charles, dengan mendiang Putri Diana tersebut. Pangeran Harry yang dilaporkan sejak kecil berkeingingan untuk bergabung dengan tentara Inggris, tiba tiba tempat ia menjalani tugas selama ini terungkap, sehingga membuat pemerintah Inggris merasa khawatir akan keselamatan anggota pasukan junior di The Blues and Royals itu, dan berencana akan memulangkan pemuda itu. Penarikan Pangeran Harry dari Afghanistan ini merupakan pukulan kedua sepanjang karir militernya, dimana pada tahun lalu rencana penugasannya ke Irak dibatalkan pada saat-saat terakhir dengan alasan keamanan. Drudge Report, media online Amerika milik Matt Drudge, menampilan foto dan berita mengenai keberadaan lulusan Akademi Militer Sandhurst di Surrey Barat London di Afganistan. "They`re calling him `Harry the Hero!`, British Royal Prince Harry has been fighting in Afghanistan since late December -- and has been directly involved in gun battle," demikian menurut laporan Drudge Report. Cita cita sang pangeran kecil mengendarai tank itu memang akhirnya kesampaian dan bahkan kehadirannya di medan perang Afghanistan sejak setelah Natal tahun lalu itu tidak tercium sama sekali oleh media masa Inggris yang senang menulis dan menampilkan foto sang pangeran usai berpesta. Video khusus Sepertinya media massa Inggris kecolongan, setelah kehadiran sang pangeran di medan perang muncul di situs Drudge Report, Amerika, bocor, sehingga membuat mediapun dengan gencarnya menyiarkan kegiatan sang pangeran, mulai dari memanggul senjata, melakukan komunikasi, membaca peta, makan serta bercengkerama bersama rekan rekannya. Video yang khusus dibuat sedianya akan disiarkan setelah sang pangeran yang dikenal di militer sebagai Letda Wales, yang diambil dari nama keluarganya, usai menjalankan tugas, dan juga wawancara dengan sang pangeran -- akhirnya muncul di layar kaca. Harian terkemuka Daily Mail di halaman mukanya menulis "Harry at War" dengan laporan 10 halaman, menampilkan foto kegiatan sang Pangeran selama di Afganistan dan juga wawancara sang reporter Rabecca English yang menjadi Royal Corespondent, Seperti anggota pasukan lainnya yang berkeinginan untuk dapat bertugas di garis depan, sang pangeran yang berpangkat Letnan Dua AD, mengatakan ia juga ingin seperti anggota pasukan lainnya. "Its as normal as I am going to get," ujar Harry yang bertugas di pangkalannya di Propinsi Helmand, Afghanistan selatan. Rasanya memang normal bagi pasukan manapun bertugas di garis depan, tetapi tampaknya tidak normal bagi sang pangeran, yang mengaku pernah tidak mandi selama empat hari dan bahkan tidak berganti pakaian selama seminggu. "Everything seems complete normal," ujar pangeran, yang masih menjalin kasih dengan Chelsy Davy, gadis kelahiran Zimbabwe. Ketika ditanya apa yang dirindukan selama menjalani tugas, khususnya kehidupan malam dengan pesta pesta serta minuman, Harry pun berujar, "Nothing really, Sungguh saya tidak tahu apa yang saya rindukan. Musik, kami punya musik," katanya. Harry membawa MP3 player. "We`ve got music, we`ve got light, we`ve got food, we`ve got drink (non alcoholic), I dont miss booze," ujarnya. Harry bercerita bahwa ia sampai di Afghanistan pada malam Natal. Sebagian besar orang-orang menganggur saat saya di sini karena memang tidak terjadi apa-apa. Tetapi semuanya menggeliat lagi, karena memang membosankan kalau tidak terjadi apa-apa," kata Harry dalam video itu. Harry mengaku mengetahui penugasan ke Afghanistan itu dari sang nenek, Ratu Elizabeth II. "Beliau sangat mendukung keberangkatan saya," ujarnya. Kehadiran Pangeran Harry telah menjadi inspirasi bagi masyarakat Inggris dan bahkan berbagai komentar muncul mengenai kehadiran sang panggeran di garis depan yang antara lain bahwa ia tidak ada bedanya dengan anggota pasukan lainnya. Bahkan sang eyang Ratu Elizabeth II yang berkunjung ke rumah jompo di kota Winsor pun mendapat pujian dari penguni yang merasa bangga Harry mempunyai kesempatan untuk menjajal medan peran itu. Ditarik Pulang Dengan gencarnya pemberitaan tentang penugasannya ke garis depan muncul di media massa di seluruh dunia, kemungkinan besar Harry akan ditarik dari Afghanistan, menyusul kekwatiran kalau pangeran yang mendapat julukan `magnit peluru` itu akan menjadi sasaran oleh Taliban. Pimpinan militer Inggris langsung mengkaji keputusan tentang pengerahan Harry ke Afghanistan setelah muncul berita tentang keikut-sertaannya di garis depan melawan Taliban. Kementrian Pertahanan Inggris tidak mengatakan berapa lama lagi anggota keluarga kerajaan yang berusia 23 tahun itu akan bertugas secara aktif di Afghanistan. Brigadir Jenderal Patrick Marriott --jurubicara Angkatan Darat Inggris-- mengatakan pengirimin pangeran Harry telah menjadi pemikiran para pimpinan militer. "Saya kira amat penting jika dalam seluruh prosesnya, resikonya bisa ditangani dengan baik," katanya. "Sejumlah perencanaan yang dipertimbangkan dan kenyataan bahwa hal ini terungkap merupakan kemungkinan yang sudah dipertimbangkan dan sudah ada perencanaan untuk ini. Jadi oang bisa ditenangkan dalam hal ini.," tambahnya. Sementara itu Marsekal Sir Jock Stirrup mengatakan Harry bertindak secara profesional selama bertugas di Afghanistan. "Dalam melayani negaranya dengan kesadaran akan situasi yang berbahaya, dia telah menunjukkan keberanian dan kesungguhan yang menjadi pertanda bagi semua personil dalam angkatan bersenjata." Sebelumnya tercapai kesepakatan antara Menteri Pertahanan Inggris dan surat-kabar serta lembaga penyiaran di Inggris dan dunia untuk tidak menyiarkan keberadaan Pangeran Harry di Afghanistan. Jenderal Richard Dannatt memuji media Inggris amat bertanggung-jawab dalam melaksanakan kesepakatan itu, dan sekaligus kecewa atas situs asing yang menurunkan berita tersebut. Begitu media massa mengungkap tugas yang sebenarnya dirahasiakan itu, sekarang seluruh dunia tahu di mana sang pangeran bertugas. "Kami akan membawanya pulang sesegera mungkin. Kami harus berpikir bahwa para militan yang terpisah 1.000 mil pun akan menyempatkan diri memburunya," ujar sumber di militer kepada harian kuning Inggris The Sun. (*)

Oleh Oleh Zeynita Gibbons
Copyright © ANTARA 2008