Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Menteri Kominfo Lis Sutjiati mengatakan target pemerintah untuk mencapai inklusi finansial di angka 75 persen bisa dikejar dengan memaksimalkan perusahaan layanan teknologi finansial (Fintech).

"Di sini Fintech berperan mengambil market yang be­lum tersentuh bank-bank untuk mencapai target tersebut," ujar Lis dalam diskusi Membangun Ekonomi Digital yang Inklusif di Jakarta, Kamis.

Lis mengatakan kehadiran Fintech dapat menjadi salah satu jawaban untuk mengejar target ekonomi inklusi itu. Dari data yang dimilikinya, indeks inklusi keuangan di ­Indonesia pada 2018 baru se­kitar 50 persen.

Terdapat celah atau "gap" sebesar 16 persen dari target 75 persen yang tidak bisa dilakukan secara konvesional oleh bank-bank yang ada. Celah tersebut terjadi akibat keterbatasan bank sebagai jasa keuangan konvesional.

Tak hanya itu, pertumbuhan finansial inklusi dalam rentang tiga tahun terakhir hanya mampu menyumbang pertumbuhan sebesar 13 persen.

Sementara 16 persen masyarakat yang belum tersentuh bantuan finansial itu, apabila dikonversikan terdapat 35 juta penduduk yang tidak memiliki akun bank.

"Banyak sekali ga bisa akses finansial. Bagaimana mereka bisa akses, gini aja ga usah pinjem atau nerima Payment dulu aja ga bisa. Kebanyakan banking itu kalau ingin punya akun persyaratannya ada 17," kata dia.

Melihat celah itu, kata dia, asosiasi Fintech kemudian meminta agar bisa masuk mengisi batasan yang dimiliki bank.

Upaya Fintech masuk ke masyarakat bukan membatasi atau mengambil peranan bank. Namun yang diperlukan justru adanya kolaborasi dalam upaya penertrasi masyarakat jadi pelaku ekonomi.

"Bukan hanya menyuburkan Fintech masuk di Indonesia tapi bisa membuat rakyat kita bisa masuk ke ekonomi, nah finansial inklusif arahnya ke situ," ujarnya.

Baca juga: Menkominfo dorong fintech tingkatkan inklusi finansial Indonesia

Baca juga: BI : inklusi keuangan dorong penguatan sistem finansial

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019