Surabaya (ANTARA) - Ekspor Provinsi Jawa Timur pada Juni 2019 turun 16,55 persen dibandingkan Mei 2019, yakni dari 1,81 miliar dolar AS menjadi 1,51 miliar dolar AS, hal ini karena kinerja ekspor sektor migas maupun nonmigas sama-sama mengalami penurunan

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Teguh Pramono di Surabaya, Senin mengatakan hal yang sama terjadi pada April-Mei 2019 yang nilai ekspor komoditas nonmigas juga turun sebesar 17,40 persen, yaitu dari 1,72 miliar dolar AS menjadi 1,42 miliar dolar AS.

"Nilai ekspor nonmigas ini menyumbang sebesar 94,04 persen dari total ekspor bulan ini, sedangkan komoditas migas menyumbang 5,96 persen dari total ekspor Jawa Timur," katanya.

Untuk golongan jenis barang utama ekspor nonmigas Juni 2019 adalah perhiasan atau permata sebesar 346,80 juta dolar AS, disusul tembaga sebesar 111,04 juta dolar AS dan lemak serta minyak hewan/nabati sebesar 89,37 juta dolar AS.

"Apabila dilihat secara kumulatif selama Januari-Juni 2019 ekspor yang keluar Jawa Timur sebesar 9,92 miliar dolar AS atau naik 0,98 persen dibandingkan masa yang sama tahun 2018, yakni sebesar 9,82 miliar dolar AS," katanya.

Sementara negara tujuan ekspor Jatim, khususnya migas didominasi ke Jepang yang mencapai 1.379,81 juta dolar AS atau berperan 14,62 persen, disusul berikutnya Amerika Serikat sebesar 1.280,60 juta dolar AS atau dengan peranan 13,57 persen,

Setelah itu Tiongkok 1.073,23 juta dolar AS atau 11,38 persen, dan ke kawasan ASEAN yang mencapai 1.744,15 juta dolar AS atau dengan kontribusi sebesar 18,49 persen, sementara ekspor nonmigas ke Uni Eropa mencapai 828,06 juta dolar AS atau 8,78 persen.

Sebelumnya, Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor-Impor (GPEI) Jatim, Isdarmawan Asrikan mengakui Jatim dalam beberapa bulan terakhir terus mengalami defisit ekspor dan perlu upaya dalam mengatasinya.

Ia telah mengusulkan kepada pemerintah setempat untuk membentuk gugus tugas atau satuan tugas (task force) yang terdiri berbagai pemegang kebijakan wilayah ini guna mengatasi defisit ekspor.

Ia berharap, dengan dibentuknya satuan tugas industri di Jatim bisa terus bergerak positif, dan optimistis karena industri manufaktur yang menguasai sekitar 70 persen masih bergerak positif.

Malahan, kata dia, beberapa produk dari Jatim bisa dikembangkan dan berpeluang merebut pasar, seperti garmen, sepatu, udang, ikan dan makanan.

Baca juga: Triwulan pertama 2019, ekspor pertanian Jatim Rp10,8 triliun
Baca juga: KBRI Roma buka akses produk UKM Jatim
Baca juga: Gubernur Khofifah lepas ekspor daun kelor ke Korsel

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019