Unggulan ketujuh itu kalah 20-22 14-21 dalam waktu 34 menit atas pasangan peringkat 21 dunia asal Jerman Mark Lamsfuss/Isabel Herttrich di babak pertama turnamen, Selasa.
"Agak nervous (gugup) sebenarnya main di tempat sendiri, itu pasti kita ingin buktiin, tapi malah terlalu over jadi nggak keluar permainannya," kata Praveen usai laga.
Gim pertama berlangsung ketat hingga interval pertama dimana Praveen/Melati mampu unggul 11-9. Terjebak bola-bola mati dan tanggung, ganda campuran Indonesia itu dipaksa bermain deuce dan kehilangan dua poin terakhir di gim pertama.
Berbekal keunggulan di gim pertama, pasangan Jerman langsung tancap gas di awal gim kedua hingga memimpin 11-6. Pasangan Indonesia tak menemukan celah untuk mengejar poin hingga gim kedua ditutup dengan selisih tujuh angka untuk kemenangan ganda campuran Jerman.
Baca juga: Kento Momota pasang target juara
"Dari awal permainan kami sudah tampil menyerang dan sempat unggul. Di gim pertama kami sudah 20-18, dari situ kita kebalik 22-20. Sampai akhir gim kedua kami belum bisa keluar dari tekanan."
Sebelumnya Praveen/Melati pernah mengalahkan ganda Jerman itu di All England, namun sekarang pasangan Jerman tampil lebih lepas.
"Mungkin lawan lebih nekad, jadi kami yang lebih hati-hati sehingga mereka bisa tampil lepas," kata Praveen.
Herttrich pun tak menyangka bisa menang melawan pasangan Indonesia itu.
"Pertandingan yang aneh, aku rasa di gim pertama tidak terjadi reli panjang, hanya tiga hingga empat pukulan, sangat ketat. Tapi kami menang dan di gim kedua kami cukup mendominasi," kata Herttrich.
"Kami melawan mereka di All England dan kalah telak. Aku kira mereka lebih gugup di sini karena di depan publik tuan rumah. Kami ambil kesempatan kami di sini."
Lamsfuss/Herttrich di babak kedua akan menghadapi Marcus Ellis/Lauren Smith asal Inggris, yang sebelumnya mengalahkan pasangan Jerman Marvin Seidl/Linda Efler.
Baca juga: Gregoria akan tantang Ratchanok Intanon di babak kedua
Baca juga: Nadya/Tiara siap capek hadapi unggulan pertama Jepang di babak kedua
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019
