Kami menerima laporan dari pelaku usaha kerajinan tenun Badui kini permintaan dari beberapa negara, seperti Vietnam, Jepang dan Korea Selatan cenderung meningkat
Lebak (ANTARA) -
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak optimistis kain tenun Badui yang diproduksi secara tradisional oleh warga Suku Badui dapat menembus pasar mancanegara.

"Kami menerima laporan dari pelaku usaha kerajinan tenun Badui kini permintaan dari beberapa negara, seperti Vietnam, Jepang dan Korea Selatan cenderung meningkat," kata Kepala Disperindag Kabupaten Lebak Dedi Rahmat di Lebak, Rabu.

Pemerintah daerah terus meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk kerajinan masyarakat Badui sebab produk kain tenun Badui sudah dikenal luas oleh masyarakat lokal, domistik hingga mancanegara.

"Ini bukti kalau kain itu semakin terkenal dan diakui kualitasnya," katanya.

Baca juga: Wisatawan domestik kian terpikat kain tenun Badui

Menurut dia, kain tenun Badui kini banyak dijadikan bahan busana oleh para desainer terkemuka untuk ditampilkan pada kegiatan internasional.

Bahkan, perancang muda Amanda I Lestari menyertakan tenun Badui pada ajang peragaan busana tingkat dunia, London Fashion Week di London, Inggris.

Saat ini juga beberapa negara Eropa, seperti Inggris, Rusia, Italia dan Jerman juga mulai melirik kain tenun Badui.

"Kami yakin kain tenun Badui ke depan bisa mendunia melalui even Fashion Week di London itu," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya meningkatkan kualitas kain tenun Badui dengan melakukan pembinaan hingga pelatihan manajemen kewirausahaan sebab produksi kain tenun Badui dilakukan oleh perempuan sejak nenek moyang.

Mereka menenun di rumah sambil menunggu suaminya pulang dari ladang.

Baca juga: Kain tenun Badui mendunia

Saat ini, perajin kain tenun Badui mencapai 600 orang dan mereka menggunakan alat tradisional dan sederhana.

Keunggulan tenun Badui memiliki corak warna dan motif berbeda, di antaranya poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket dan smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka).

Selain itu juga motif adu mancung, serta motif aros yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus.

"Kami yakin aneka warna dan motif itu yang memiliki keunggulan sehingga menembus pasar mancanegara," katanya.

Rasti, seorang perajin warga Badui Luar mengaku, selama ini permintaan kain tenun Badui meningkat sehingga wisatawan domestik dari luar daerah setiap hari datang ke perkampungan Badui.

Baca juga: Wisatawan Amerika Serikat berkesan kunjungi perkampungan Badui

Sementara harga kain tenun dan pakaian batik Badui bervariasi tergantung kualitas mulai Rp70.000 sampai Rp350.000 per potong.

"Selama ini banyak wisatawan domestik dan mancanegara semakin mencintai produk Badui," katanya.

Ketua UKM Daarul Qoriin Baraya, Endoh Mahfudoh mengatakan selama ini produk kain tenun masyarakat Badui ternyata diminati warga Vietnam.

Tingginya permintaan pasar di negara Vietnam setelah mengisi kegiatan pameran melalui promosi yang dilakukan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Banten.

"Kami hampir setiap pekan memasok kain tenun Badui ke pasar Vietnam itu," katanya.

Baca juga: Kemenpar optimistis Seba Badui menjadikan wisata mendunia
 

Pewarta: Mansyur Suryana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019