Selanjutnya jika masa panen tiga tahun sejak masa tanam maka jarak 20 bulan sebelum panen tiba dibangun industrinya
Palangka Raya (ANTARA) - Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan ingin membangun industri coklat di Provinsi Kalimantan Tengah, sebagai upaya membuka lapangan kerja serta meningkatkan perekonomian petani.

"Ini nantinya, di sini coklat keluar. Dari sini sudah dikemas sebagai bentuk hilirisasi industri. Nantinya setiap kelas ada makanya kita harus menanam coklat dan mete sehingga nantinya siap diolah menjadi produk jadi," kata Amran Sulaiman pada peluncuran program Benih Unggul Perkebunan (BUN) 500 juta batang di Desa Sidomulyo, Kota Palangka Raya, Kamis.

Namun, lanjut dia, sebelum hal itu dilakukan langkah pertama adalah menyiapkan lahan dan bibit unggul guna memastikan suplai bahan baku produksi selalu tersedia.

Dia menambahkan, jumlah bibit unggul juga harus memenuhi skala ekonomi yang diperlukan. Misalkan skala produksi memerlukan penanaman bibit seluas 1.000 hektare maka bibit untuk 1.000 hektare akan dibagikan kepada masyarakat.

"Selanjutnya jika masa panen tiga tahun sejak masa tanam maka jarak 20 bulan sebelum panen tiba dibangun industrinya. Selain meningkatkan pendapatan petani hal ini juga akan menyerap banyak tenaga kerja," katanya.

Dalam hal ini, petani dilibatkan sebagai penyedia bahan baku industri coklat dan kacang mete. Intinya, lanjut dia, cara menyejahterakan petani ialah dengan membuat industri hilir yang melibatkan langsung petani di dalamnya.

"Hal ini juga agar kita mulai mengekspor barang jadi. Itu perintah presiden. Jadi visi presiden harus kita langsung terjemahkan," katanya.

"Hari ini kita mulai penyediaan bibit unggul dari Kalimantan Tengah ini. Kita tahu pak gubernur pekerja keras yang telah menyiapkan holtikultura dan perkebunan secara besar-besaran di Kalteng," kata Amran.

Dia mengatakan saat ini masih banyak perkebunan hortikultura yang menanam secara sembarangan sehingga produksinya jauh di bawah angka rata-rata produksi nasional. Bahkan di beberapa daerah penanaman bibitnya biasa mencapai 70 persen sehingga produktifitas rendah.

Untuk itu melalui program BUN 500 itu atau penyediaan bibit unggul perkebunan itu diharapkan nantinya petani dapat meningkatkan produksi sehingga meningkatkan nilai produksi.

Pihaknya pun optimis melalui program ini produksi saat panen akan meningkat. Produksi bibit pada program BUN 500 ini diklaim mampu meningkatkan hasil panen mencapai dua hingga tiga kali lipat dari bibit biasa.

"Kita bisa bandingkan dengan nilai produksi nasional. Contohnya kopi yang saat ini hanya 700 kg/ha per tahun. Tetapi dengan bibit ini nilai produksi bisa mencapai 3,5-4 ton per tahun yang artinya bisa naik 400 persen," katanya.

Baca juga: Ingin jadi nomor satu dunia, Kementan luncurkan program benih unggul
Baca juga: Kementan uji benih unggul wortel di Berastagi Sumut
Baca juga: Mentan luncurkan dua varietas baru padi GSR


 

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019