Pangkalpinang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatakan Juni hingga pertengahan Juli 2019 seluas 12,55 hektare hutan dan lahan terbakar, karena semak belukar di kawasan hutan tersebut mengering selama musim kemarau.

"Kebakaran hutan dan lahan tahun ini lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 195,2 hektare," kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kepulauan Babel, Aswind di Pangkalpinang, Kamis.

Ia mengatakan kasus kebakaran hutan dan lahan selama musim kemarau 2018 sebanyak 175 titik dengan luas lahan 195,2 hektare tersebar di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Selatan, Belitung dan Belitung Timur.

"Rata-rata kejadian kebakaran hutan dan lahan tahun lalu lebih dari 12 kali per bulan, sementara tahun ini baru 12 kali kejadian kebakaran. Jadi kasus karhutla 2019 jauh penurunannya dibandingkan tahun sebelumnya," katanya.

Menurut dia penurunan kejadian kebakaran hutan dan lahan ini karena kesadaran masyarakat untuk tidak membakar sampah dan lahan sudah mengalami peningkatan. Masyarakat sudah merasakan dampak dari kebakaran hutan tersebut yang mengganggu kesehatannya.

"Alhamdulillah semakin hari masyarakat semakin sadar untuk tidak membakar lahan sembarangan," katanya.

Ia mengatakan dalam dua tahun terakhir, masyarakat sangat merasakan kabut asap sebagai dampak kebakaran hutan, artinya semua orang selalu merasakan ketidakyamanan akibat kebakaran tersebut.

Oleh karena itu, masyarakat selalu menjaga agar tidak terjadi lagi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan tersebut.

"Kebakaran hutan dan lahan musim kemarau tahun ini mulai terjadi akhir Juni, sehingga kasus karhutla belum terlalu banyak," katanya. 

Baca juga: Kemenko Polhukam minta 11 provinsi tetapkan siaga darurat Karhutla
Baca juga: KLHK minta perusahaan pantau muka air gambut untuk antisipasi karhutla
Baca juga: 70 personil TNI didatangkan ke Kapuas Hulu terkait karhutla




 

Pewarta: Aprionis
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019