Defisit transaksi berjalan 2019 akan lebih rendah dibanding 2018
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia akhirnya memangkas suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate  sebesar 0,25 persen menjadi 5,75 persen untuk lebih menstimulus perekonomian domestik.

Penurunan suku bunga acuan ini disebabkan meredanya tekanan eksternal yang akan membuat defisit transaksi berjalan pada 2019 diperkirakan lebih rendah dibandingkan 2018.

Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis mengatakan berdasarkan kajian hingga Juli 2019, defisit transaksi berjalan tahun ini akan lebih rendah dibanding defisit pada 2018 yang sebesar 2,98 persen produk domestik bruto. Namun Perry belum menyebutkan besaran spesifik perkiraan defisit transaksi berjalan 2019 tersebut.

"Defisit transaksi berjalan 2019 akan lebih rendah dibanding 2018 yang hampir menyentuh tiga persen PDB. Kira-kira di rentang 2,5-3,0 persen PDB," ujar dia.

Pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral ini adalah yang pertama kali sejak delapan bulan lalu atau November 2018 ketika suku bunga kebijakan dinaikkan ke level enam persen untuk membendung keluarnya aliran modal asing pada 2018.

Secara total, pada 2018, otoritas moneter menaikkan suku bunga acuan sebanyak 1,75 persen hingga ke level enam persen.

Dengan pemangkasan suku bunga tersebut, bank sentral juga menurunkan suku bunga penyimpanan dana perbankan di BI (deposit facility) dan bunga penyediaan dana bagi perbankan (lending facility), masing-masing ke lima persen dan 6,5 persen.

Dewan Gubernur Bank Sentral menyatakan keputusan ini merupakan hasil pertimbangan bank sentral terhadap kondisi ekonomi global maupun domestik.

Untuk ekonomi global, Perry menggarisbawahi dampak eskalasi perang dagang yang kian memanas antara Amerika Serikat dan China akan memperlemah perekonomian global dan volume perdagangan dunia.

"Sejumlah bank sentral merespons dinamika yang kurang menguntungkan dengan kebijakan moneter lebih dovish (lunak), termasuk bank sentral AS yang diperkirakan menurunkan suku bunga acuannya," ujar Perry.

Bank sentral memperkirakan The Fed, Bank Sentral AS, akan menurunkan suku bunga acuannya sebanyak satu kali pada 2019 dari level 2,25 persen-2,5 persen. Hal itu juga yang menjadi pertimbangan BI untuk memangkas suku bunga acuannya mengingat tekanan dari pasar keuangan global akan mereda.

Sedangkan dari ekonomi domestik, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya pada Juli 2019 ini untuk memompa pertumbuhan ekonomi domestik. BI melihat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019 akan stagnan karena anjloknya ekspor.

Nilai perdagangan internasional terhadap Indonesia akan turun karena melandainya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas menyusul dampak perang dagang.

"Secara keseluruhan untuk tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia di berada di bawah titik tengah lima hingga 5,4 persen," tambah dia.

Untuk stabilitas eksternal, BI menilai neraca pembayaran Indonesia kuartal II masih tetap surplus karena neraca transaksi modal dan finansial akan lebih baik. Adapun arus modal asing masuk hingga Julni 2019 sebesar 9,7 miliar dolar AS.

Baca juga: BI pangkas suku bunga acuan jadi 5,75 persen
Baca juga: Rupiah diprediksi terus menguat hari ini, jelang pengumuman BI
Baca juga: Survei BI: Pertumbuhan triwulanan kredit baru meningkat


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019