Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah diminta lebih cepat mengambil kebijakan menurunkan harga-harga bahan pokok dan barang-barang konsumer yang saat ini melambung tinggi, sehingga indeks kepercayaan konsumen yang sempat melorot ke level terendah dapat kembali pulih. "Jika harga-harga tidak bisa dikendalikan dengan baik, bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi akan merosot, karena sekitar 50-60 persen ekonomi nasional ditopang `consumer spending` (belanja konsumen)," kata Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa, kepada ANTARA News, di Jakarta, kemarin. Pengambilan kebijakan yang pro pasar yang terealisasi dalam waktu dekat juga dinilai bisa mengembalikan kepercayaan politik masyarakat terhadap pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla yang saat kampanye Pemilu 2004 menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang merata. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Februari 2008 menunjukkan penurunan sebesar 2,1 poin menjadi 92,4 yang didorong makin pesimis konsumen terhadap ekonomi yang tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) sebesar 3,5 persen. Sedangkan penurunan IKK dipicu merosotnya indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama sebesar 5,2 poin, ketersediaan lapangan kerja sebesar 1,7 poin, ekspektasi ekonomi sebesar 1,0 poin dan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja sebesar 1,1 poin. Menurut Yudhi, meskipun pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 relatif baik pada level 6,3 persen, namun indeks konsumen menurun sebagai dampak dari tidak meratanya pertumbuhan tersebut. "Saya pikir rapor ekonomi tahun 2007 tumbuh cepat, tetapi pertumbuhannya tidak berkualitas karena masyarakat bawah tidak merasakan dampak signifikan," katanya. Masyarakat kelas menengah mungkin tidak terlalu merasakan kesulitan terhadap melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok seperti bahan pangan, tetapi bagi masyarakat kelas bawah (miskin) yang jumlahnya sangat besar menanggap kondisi pribadinya pada posisi "susah hidup". Ia menjelaskan, faktor bahan makanan yang melambung tinggi sangat potensial menurunkan daya beli masyarakat utamnya kelas bawah karena sebagian besar dari pendapatannya yang memang relatif dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pokok. "Sesungguhnya, belajar dari kenaikan inflasi yang disumbang melonjaknya harga bahan pangan, pemerintah sudah dapat mengambil kebijakan jangka pendek maupun menengahnya. Termasuk dampak ikutannya dalam beberapa bulan ke depan," katanya. Pengambilan keputusan yang akurat terutama menyangkut peningkatan produkdi dan distribusi menjadi hal yang krusial mengatasi gejolak harga beras.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008