Menurunnya produksi plywood dan woodworking ini berpengaruh nyata terhadap menurunnya permintaan kayu bulat di pasar domestik.
Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menyatakan, fenomena turunnya nilai ekspor industri hilir kehutana tersebut disebabkan antara lain karena melemahnya permintaan kayu olahan dunia, terutama jenis plywood dan woodworking.

"Menurunnya produksi plywood dan woodworking ini berpengaruh nyata terhadap menurunnya permintaan kayu bulat di pasar domestik," ujar ujar Ketua Umum APHI Indroyono Soesilo dalam diskusi di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Kamis.

Sebagaimana diketahui, APHI telah merilis data yang menyebutkan bahwa nilai ekspor industri hilir kehutanan pada semester I 2019 sebesar 5,5 miliar dolar AS, turun sebesar 0,4 miliar dolar dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada semester yang sama yakni 5,9 miliar dolar.

Ketua Umum APHI juga memaparkan bahwa nilai ekspor terbesar pada semester I 2019 berasal dari sektor industri kertas dengan nominal 1,9 miliar dolar. Diikuti ekspor pulp dengan nilai 1,3 miliar dolar AS, industri panel sebesar 1 miliar dolar.

Selanjutnya industri furnitur kayu dengan nilai 695 juta dolar AS, woodworking dengan nilai ekspor 524 juta dolar AS, veneer dengan nominal 48 juta dolar AS, serta industri chipwood atau serpihan kayu sebesar 26 juta dolar AS.

Indroyono mengatakan menurunnya permintaan tersebut berdampak pada harga kayu bulat di dalam negeri yang merosot, mengakibatkan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) mengalami kesulitan pemasaran dan stok kayu bulat hutan alam menumpuk di tempat penimbunan kayu di hutan.

"Karena hilirnya agak menurun, karena permintaan dari luar negeri agak turun juga, jadi ini yang harus kita hadapi. Nanti caranya bagaimana? Saya kira ini bisa dilihat sama-sama," ujar Indroyono.

Baca juga: Apkindo siap buka pasar baru ekspor kayu lapis
Baca juga: APHI genjot ekspor tekan defisit neraca berjalan perdagangan
Baca juga: Kementan ekspor perdana "wood pellet" Gorontalo ke Korea Selatan

Pewarta: Fathur Rohman
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019