Kalau untuk betet masih cukup banyak populasinya di Jakarta. Mungkin karena tidak sering diburu, apalagi jika lokasinya di RTH yang lumayan ramai, misalnya di Monas
Jakarta (ANTARA) - Komunitas pemantau burung Jakarta Birdwatcher Society (JBS) menyebutkan populasi burung betet biasa (psittacula alexandri) terdata dari hasil pemantauan di enam ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta.

"Koloninya masih mudah dijumpai di kawasan Monumen Nasional (Monas), dan sekitarnya," kata Koordinator JBS Ady Kristanto di Jakarta, Senin.

Baca juga: "Underpass" Bunderan Satelit Surabaya dipercantik dengan taman
Baca juga: Anies beri diskon PBB untuk lahan kosong dijadikan RTH


Betet adalah spesies burung berparuh bengkok mirip nuri dan kakatua, berukuran 34-36 centimeter dengan warna tubuh dominan hijau dan rona merah muda di dada.

Selain Monas, masih ada lima RTH lainnya, yakni Taman Impian Jaya Ancol, Senayan, Taman Margasatwa Ragunan, kawasan Menteng, dan kawasan Manggala Wanabhakti.

Secara berkala, JBS melakukan pemantauan spesies burung-burung yang hidup di perkotaan Jakarta agar bisa diketahui kelestarian spesiesnya.

Namun, pemantauan bukan dilakukan dengan pendekatan populasi, melainkan spesies sehingga JBS hanya bisa memperkirakan, tidak bisa memastikan jumlah populasi yang masih bertahan.

"Kalau untuk betet masih cukup banyak populasinya di Jakarta. Mungkin karena tidak sering diburu, apalagi jika lokasinya di RTH yang lumayan ramai, misalnya di Monas," katanya.

Menurut dia, spesies betet selalu terlihat dalam pemantauan yang dilakukan di sejumlah RTH, berbeda dengan spesies-spesies lainnya, seperti jalak putih (Sturnus melanopterus) yang kian jarang.

Meski demikian, Ady mengingatkan populasi betet yang masih cukup banyak sewaktu-waktu bisa berkurang drastis jika tidak ada kesadaran dan kepedulian masyarakat.

Ia mencontohkan burung kacamata biasa atau pleci (zosterops palpebrosus) yang dulu sangat melimpah populasinya di 10 RTH di Jakarta.

Namun, pada kisaran 2013 terjadi perburuan besar-besaran seiring tren perlombaan burung pleci sehingga populasinya langsung menyusut drastis.

"Sekarang masih ada, tetapi jumlah populasinya tinggal berapa kan tidak tahu. Dari pemantauan kami, (populasinya) sekarang hanya terlihat di tiga RTH," katanya.

Berkurangnya populasi burung pleci, kata dia, lebih karena perburuan yang tidak terkendali ketika itu, sementara pemulihan populasi spesies membutuhkan waktu yang sangat lama.

Oleh karena itu, Ady meminta masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian burung di habitat liarnya, termasuk betet yang ada di Jakarta agar tetap lestari.

Saat ini, spesies betet biasa juga sudah dimasukkan daftar satwa yang dilindungi pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM1/16/2018.

Baca juga: Ridwan Kamil enggan komentari soal kasus korupsi dana RTH
Baca juga: Pengamat: Pemprov DKI harus tegas terapkan aturan atap bangunan
Baca juga: Sambut HUT Jakarta RPTRA/RTH Kalijodo gelar berbagai festival

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2019