ustru kekurangan Ilyas dijadikan sebagai kelebihan
Jakarta (ANTARA) - Isyarat dua jari mendatar dari tribun penonton World Deaf Championships 2019 memotivasi atlet tuna rungu Indonesia, Ilyas Rachman, ketika merebut tiga emas dari ajang ini.

"Berulang kali diacungkan isyarat dua jari mendatar. Itu yang buat saya semangat," kata Ilyas dalam bahasa isyarat yang diterjemahkan ibunya, Andriany Trilestary, kepada ANTARA di Karawang, Jawa Barat, Rabu siang, usai kembali dari turnamen yang digelar di Taiwan itu.

Bertanding bulu tangkis tanpa mendengar dan bicara membuat pria kelahiran Karawang 14 Mei 2001 itu harus mengandalkan visual gerakan shuttlecock di udara dan inilah kekuatan Ilyas.

"Justru kekurangan Ilyas dijadikan sebagai kelebihan. Dia tidak pernah terusik oleh hingar bingar dukungan penonton dari negara lain di tribun. Ilyas hanya fokus mengalahkan lawan," kata Andriany.

Pada final tunggal putra, Ilyas mengalahkan atlet Hongkong Lau Ch dengan 21-19 dan 21-15. Emas kedua dia sabet dari ganda putrra bersama Salim Mandek setelah mengalahkan pasangan India, Anand/Kusghara, dengan 18-21, 21-14, dan 22-20. Sedangkan emas ketiga dia sabet setelah berpasangan dengan Dzakiya Amalia Ma'ruf (17) pada ganda campuran dengan mengalahkan pasangan India Hkt Anand/Jelin 21-18 dan 22-20.

Baca juga: Ilyas ingin menuntut balas kepada atlet Rusia

Penampilan Ilyas yang gemilang dan mempesona membuat penonton mancanagara tumpah ruah mendukung dengan mengacungkan dua jari mendatar ke arah arena.

Penerjemah bahasa isyarat dari Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) Bandung, Tolibul Hadi, mengatakan dua jari mendatar dengan ayunan bergelombang adalah visualisasi dari bendera merah putih yang disusun mendatar dan berkibar.

"Jari telunjuk dan tengah diacungkan rapat secara mendatar, kemudian diberi gerakan bergelombang. Itu adalah pesan dukungan dari penonton kepada Indonesia," kata Tolibul yang mendampingi Ilyas saat tanding di Taipei Gymnasium.

Isyarat dua jari mendatar kembali terlihat ketika seremoni penyerahan medali yang juga penaikan bendera negara pada podium juara. 

"Bendera Merah Putih berkibar paling atas sebanyak tiga kali. Itu momentum yang sangat berkesan," kata dia yang mengaku sampai turut menyanyikan Indonesia Raya dengan menggunakan bahasa isyarat.

"Agenda itu menyedot banyak pujian, kekaguman, dan simpati peserta maupun penonton. Bahkan acungan dua jari mendatar juga dilakukan pejabat dan pimpinan dari penyelenggara lomba, International Committee of Sports for the Deaf, wasit dan juri," tutup Tolib.

Baca juga: Peraih emas World Deaf Championships ingin rasakan smes Ginting
 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2019